KOMUNITAS PERSATUAN INTERDENOMINASI GEREJA YANG MEMPERJUANGKAN TERJADINYA KEBANGUNAN ROHANI

“ENGKAU AKAN DIPANGGIL PETRUS”

Posted By passion for revival on Selasa, 09 Oktober 2018 | 9:00 AM



Oleh: Peter B,


“Salah seorang di antara keduanya…adalah Andreas, saudara Simon Petrus. Andreas mula-mula bertemu Simon, saudaranya, dan ia berkata kepadanya, “Kami telah menemukan Mesias (artinya Kristus).” Ia membawanya kepada Yesus, Yesus memandang dia dan berkata, “Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas (artinya: Petrus)” (Yohanes 1:40-42)

Pembaca terkasih di dalam Tuhan, pernahkah Anda melihat seseorang atau mengamatinya? Apakah Anda suka melakukan hal itu? Saya suka melakukannya dan itupun baru beberapa tahun terakhir ini. Perlu diketahui dan itu adalah fakta yang sulit untuk dibantah, yaitu bahwa kebanyakan orang tidak suka memperhatikan orang lain. Pada umumnya, orang lebih memperhatikan dan peduli dengan dirinya sendiri. Mereka justru sering berharap bahkan menurut orang lain memperhatikan mereka, peduli dan perhatian akan kepentingan, keperluan, kebutuhan dan perasaan mereka. Ini bukan merupakan karakter semula dari manusia karena Allah menciptakan manusia itu penuh dengan cinta, tidak egois melainkan mengasihi Tuhan, ciptaan yang lain, terlebih lagi sesama manusia.

Mengapa saya sekarang suka untuk mengamat-amati orang-orang? Saya tidak dapat menjelaskannya dengan pasti tetapi dapat saya katakan dengan yakin di sini bahwa keinginan itu muncul seiring dengan pertumbuhan rohani dan pengenalan akan Tuhan dalam hidup saya. Semakin saya mengetahui dan hidup dalam hukum-hukum tertinggi kehidupan (yaitu Firman Tuhan) dan juga semakin saya mengenal Tuhan saya, Yesus Kristus maka keinginan dan kebiasaan untuk mengamati orang-orang tentunya dalam arti dan segi yang positif semakin kuat dan semakin kuat. Yang saya maksud mengamati orang-orang dari sudut pandang positif adalah bahwa saya kerap kali mengamati orang-orang (di mana saja, yang telah saya kenal, baru saya kenal, atau tidak kenal sama sekali) pada umumnya dan juga saudara-saudara seiman saya di dalam Tuhan bukan dalam rencana untuk mencari-cari kesalahan mereka namun seringkali terbersit dalam pikiran saya: “betapa luar biasa Tuhan menciptakan manusia”; “betapa Tuhan mengasihi manusia”, atau “wah, Tuhan dapat memakai dia dengan sangat luar biasa!” dan tidak jarang pula “panggilan orang itu begitu kuat!” dan sebagainya. Banyak kali, hasil pengamatan itu saya sampaikan kepada orang yang bersangkutan dalam bentuk kata-kata nasihat, peringatan atau peneguhan bagi mereka. Bagaimanapun, saya merasakan hari demi hari Tuhan memberikan kepada saya suatu pewahyuan kasih yang semakin kuat dan lebih besar lagi bagi orang-orang.

Nah, sekarang bagaimana jika kita menanyakan pertanyaan di atas kepada Yesus. Apakah Yesus suka melihat orang dan mengamat-amatinya? Saya merasa sangat yakin bahwa Yesus akan menjawab “ya” dengan penuh semangat dan antusias. Lebih dari itu, Yesus tidak hanya mengamati namun ternyata Yesus suka untuk menyampaikan kata-kata pujian atau peneguhan kepada orang-orang yang diamatiNya. Yesus menyampaikan itu tanpa maksud apapun. Ia mengatakan itu dengan tulus sebagai bukti hikmat luar biasa yang diberikan Bapa kepadaNya. Sekali lagi, kita akan belajar kehidupan para penyembah sejati dari sepenggal kisah pertemuan pertama Yesus dengan Simon (yang nantinya akan menjadi salah satu murid dan rasul yang paling terkenal).

Setelah pertemuan sebelumnya dengan Andreas, Yesus dikenalkan oleh saudara laki-laki Andreas. Andreas berkata kepadanya, “Aku telah bertemu dengan Mesias”. Setiap orang Israel pada saat penjajahan Romawi saat itu pasti merindukan Mesias, seorang pembebas, pemimpin besar yang akan menolong mereka dari cengkeraman pemerintah Romawi. Kemudian Andreas membawa saudaranya itu, yang bernama Simon untuk bertemu dengan Yesus. Pada saat pertama Yesus bertemu dengan Simon, Injil Yohanes mencatat bahwa “Yesus memandang Petrus” dan kemudian mengatakan kalimatNya yang terkenal kalimat yang tidak akan pernah dilupakan oleh Simon! “Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dipanggil Kefas (atau disebut juga Petrus, dalam bahasa Yunani).” Itulah tadi yang saya maksudkan dengan Yesus suka mengamat-amati orang. Ya, Yesus sangat memperhatikan orang lain. Pelajaran apakah yang dapat kita petik dari kisah ini? Sikap penyembah sejati yang bagaimanakah yang sedang ditunjukkan Yesus pada saat itu? Marilah kita mempelajarinya satu persatu.

Pertama-tama, perhatikanlah di sini bahwa Yesus memandang Simon dan kemudian berkata-kata. Kata yang diterjemahkan sebagai “memandang” dalam bahasa aslinya mengandung arti yang lebih dalam yaitu “memperhatikan dengan seksama” atau “mengamati secara jelas”. Itu artinya Yesus benar-benar memperhatikan Simon dengan sungguh-sungguh dan penuh perhatian. Bukan sambil lalu atau sepintas saja melainkan mengamat-amati Simon. Inilah yang seringkali tidak dimiliki oleh para pemimpin, hamba Tuhan, pekerja Tuhan atau orang-orang Kristen sendiri. Banyak pengikut-pengikut Kristus pada masa ini kurang memberikan sedikit saja perhatian kepada orang-orang. Perhatian mereka lebih tertuju kepada program-program, rencana-rencana kerja, proyek pelayanan, dana, kebutuhan atau sumbangan yang kiranya dapat diberikan orang-orang kepada program-program itu. Di sinilah segala bentuk kekacauan dapat terjadi.

Pada masa sekarang, manusia dianggap semakin menurun harganya. Salah satu pribahasa dunia yang sangat sinis adalah, “Setiap orang ada harganya.” Dan setiap kali mengucapkan itu, orang berpikir bahwa manusia pastilah ada yang tidak berharga, berharga murah, berharga cukup mahal atau berharga mahal tetapi semua manusia dapat dibeli. Ukuran demikian merendahkan derajat manusia sebagai karya tertinggi illahi kepada ukuran barang dagangan belaka. Di Indonesia keadaan ini sangat parah. Nyawa manusia seperti tidak ada harganya. Ribuan orang dibantai dalam peperangan antar suku. Orang-orang hilang tanpa ketahuan rimbanya. Gadis-gadis remaja menjual diri tanpa rasa bersalah. Tenaga kerja kita diusir bagai binatang dari Negara tetangga. Sungguh bangsa ini sedang dalam krisis yang amat sangat mengerikan. Celakanya, tidak ada satu pun pemimpin yang memiliki karakter seperti Kristus.

Di gereja Tuhan sendiri, di antara umat Tuhan, bukannya saling mengasihi dan melihat kebaikan antar pengikut Kristus. Sebaliknya, semuanya saling merendahkan satu sama lain. Menghina dan menjatuhkan, memberikan cap sesat, liar, kafir, tidak alkitablah kepada sesama saudaranya bahkan tanpa ‘memandang dan menatap dengan seksama. Kita terbiasa melirik sekilas dan menghakimi. Kita terlatih untuk lebih cepat menerima kabar angin dan pengajaran palsu yang menyesatkan daripada meneliti dan mengamati dalam terang dan hikmat Tuhan. Lebih parah, bisa jadi kita telah menjadi ahli dalam hal menjatuhkan, menyerang, saling menelan dan saling menggigit.

Yesus memandang Simon dan hikmat Bapa memenuhi pikiranNya. Yesus melihat Simon dan melihat sebuah batu karang di sana. Mulai hari itu, Yesus memanggilnya Petrus, si batu karang. Kemungkinan besar, apabila kita ada di sana dan kita mengenal benar siapa Simon itu, pasti kita terbahak-bahak mendengar kata-kata Yesus itu. Kita akan saling menyikut satu sama lain dan menahan tawa. Dan di pikiran kita, terlintas pemikiran yang sama: apakah Yesus tidak salah? Kok sok tahu sih? Belum tahu ya siapa itu Simon? Dan begitulah kita acapkali memandang orang lain. Kita menganggap mereka yang jahat itu tidak mungkin akan menjadi baik. Yang baik kita pandang biasa saja atau dapat berubah menjadi jahat. Yang memiliki karakter mulia tidak kita puji tetapi justru kita curigai sebagai orang sombong. Yang jenius dan luar biasa kita pandang sebagai manusia spesial yang jarang ada di dunia. Tetapi pernahkah kita memandang orang-orang seperti Yesus memandang mereka?

Yesus memandang orang-orang dan melihat kebaikan dalam diri mereka. Tidak hanya itu, Ia melihat jauh ke depan dan mengharapkan yang terbaik dari kehidupan orang-orang itu. Yesus melihat sejauh rencana dan kehendak Allah yang sempurna atas seseorang dan Ia mempercayai itu akan terjadi. Yesus melihat dan mengarahkan orang lain untuk menjadi sebagaimana ia harus menjadi. Ya, Yesus memperhatikan orang-orang dan mempercayai bahwa yang terbaik akan keluar dari hidup mereka. Yesus menganggap manusia itu berharga dan meyakinkan mereka bahwa mereka dapat menjadi sangat berarti di dunia ini. Demikian pula Yesus memandang kita. Kita sangat dikasihi dan berharga di dalam pandanganNya. Sudahkah kita memperhatikan orang lain dengan cara yang sama? Amin.


(Diambil dari warta Worship Center edisi 40 – 11 Oktober 2002)




 
 
   
 
   
Blog, Updated at: 9:00 AM

0 komentar:

Posting Komentar

Mohon TIDAK menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang tidak memuliakan nama Tuhan. Terima kasih atas perhatiannya. Salam Revival!

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.