KOMUNITAS PERSATUAN INTERDENOMINASI GEREJA YANG MEMPERJUANGKAN TERJADINYA KEBANGUNAN ROHANI

TAKUT KEPADA TUHAN DAN RAJA

Posted By passion for revival on Jumat, 04 Oktober 2019 | 8:02 PM


Oleh : Peter B, MA




Amsal 24:21-22 (TB)
21 Hai anakku, takutilah TUHAN dan raja; jangan melawan terhadap kedua-duanya.
22 Karena dengan tiba-tiba mereka menimbulkan bencana, dan siapa mengetahui kehancuran yang didatangkan mereka?

Cukup menarik mengetahui bahwa dalam hikmat Salomo ini, kita dinasihati untuk takut kepada Tuhan dan juga raja. Mereka seperti dipersamakan dalam Amsal ini dan memang ada persamaan di antara keduanya.
Semua mengenal siapa Tuhan itu. Dia Pencipta alam semesta dan Sang Mahakuasa.
Mengenai raja, kita pun dapat membayangkan dan memperkirakannya. Dia adalah figur pemimpin di masa² lalu yang memegang tampuk kekuasaan yang besar atas suatu kaum atau bangsa. Raja memiliki kekuasaan absolut. Tak dapat diganggu gugat. Nasib bahkan nyawa setiap rakyatnya dapat berubah sekejap mata, entah menjadi sangat beruntung atau sama sekali celaka. Ini ditampilkan begitu jelas dalam hidup Yusuf, putra Yakub. Hanya dalam 3 hari saja, dua orang tersangka yang sedang diadili, juru minuman dan juru roti, mengalami nasib yang berbeda di tangan raja Firaun. Yang satu kembali menjadi pelayan raja, yang satu digantung di atas tiang. Tak terkecuali dengan Yusuf. Oleh karena ia mampu memberitahukan dan menafsirkan mimpi sang raja, hidupnya berubah sama sekali dari seorang hukuman menjadi raja muda.
Hari ini, para raja banyak yang tidak lagi memegang kekuasaan pemerintahan. Kekuasaan kepemimpinan dibatasi, tak lagi dapat sewenang² seperti layaknya raja di masa lalu. Meskipun demikian, bukan berarti pemimpin² tertinggi suatu bangsa tidak lagi punya otoritas atas nasib sebuah bangsa. Otoritas di tangan mereka, sekalipun terbatas, tetap menentukan hajat hidup orang banyak.
Tidaklah mengejutkan apabila dikatakan bahwa, seperti halnya seorang raja, seorang pemimpin di masa modern sekarang ini dapat menimbulkan bencana dan kehancuran dari otoritasnya itu.

Yang ingin saya sampaikan adalah dalam hal takut kepada raja, sepertinya kita sebagai orang Indonesia, tidak terlalu sukar untuk memahami atau mempraktekkannya. Beratus² tahun hampir selalu suku di Indonesia hidup dalam tradisi feodal dengan menghormati kelas² di dalam kehidupan sosial. Ada orang² yang dipandang lebih tinggi dan agung daripada orang² biasa pada umumnya. Itulah tradisi kerajaan yang diterapkan di Eropa abad pertengahan. Perbedaan kita dengan mereka, sebagian besar bangsa Eropa sudah melepaskan diri dari mentalitas feodalisme, sedangkan kita masih terus terkungkung secara mental dan tradisi meskipun pemerintahan telah beralih menjadi demokrasi.

Oleh karena spirit feodalisme yang masih sangat kuat di negeri ini membuat setidaknya ada dua hal yang menjadi praktek nyata yang masih terus berlangsung hingga  sekarang ini: 

1) ada individu² yang berusaha sekuat tenaga atau setidaknya memanfaatkan kesempatan untuk naik kelas secara sosial. Contoh paling menyolok adalah ambisi atau cita² menjadi presiden, yang seolah² merupakan kesempatan menduduki kelas sosial yang paling tinggi di negeri ini

2) secara umum, karena mentalitas feodal masih melekat kuat, maka sangat banyak rakyat yang percaya dan mengikut tanpa pikir panjang apapun yang dikatakan pemimpinnya. Secara membuta mereka langsung menerima apapun yang disampaikan sang pemimpin (yang di pikiran seolah adalah seorang raja) tanpa mempertanyakan lebih lanjut apakah itu sesuatu yang benar dan adil. "Benar atau salah itulah pemimpinku," begitu kata mereka. "Siapapun yang menentang pemimpinku, akan berhadapan denganku" dan "Hidup mati aku mendukung pemimpinku" adalah apa yang bergema di hati kebanyakan orang Indonesia terhadap pemimpin idolanya. Itu terlihat jelas sekali hingga kini dengan bagaimana setiap presiden negara ini memiliki pengikut bahkan pemuja walaupun beberapa di antara pemimpin itu telah tiada.

Banyak orang Indonesia telah mengamalkan sebagian dari Amsal di atas yaitu untuk takut kepada raja.

Tetapi, di sinilah satu kesalahan yang fatal kerapkali terjadi.

Amsal di atas menyamakan Tuhan dengan raja oleh karena otoritas yang besar yang ada di tangan mereka. Tetapi Tuhan tetaplah berbeda dengan seorang raja manusia. Celakanya, raja manusia sering dipandang dan dihormati sebagai Tuhan, sehingga diikuti, dilayani dan ditaati seperti layaknya Tuhan.

Di sinilah sesungguhnya kita harus memahami hikmat.
"Takutlah kepada Tuhan dan raja" juga berbicara mengenai prioritas siapa yang harus ditakuti lebih dahulu. Tuhanlah yang disebutkan pertama. Dialah yang layak diikuti dan dilayani lebih dahulu daripada penguasa dunia terhebat manapun.
Dan itu juga berbicara mengenai bagaimana kita dimampukan menghormati raja² atau pemimpin² duniawi kita. Yaitu dengan lebih dahulu takut kepada Tuhan. Tanpa takut kepada Tuhan sebagai permulaan, kita akan dapat berlaku kurang ajar dan memberontak pada otoritas manusia di atas kita. Atau sebaliknya. Kita justru lebih takut, lebih tunduk dan lebih kagum pada otoritas manusia daripada otoritas Tuhan.

Kita perlu memeriksa diri apakah kita sudah menerapkan hikmat Tuhan ini di hidup kita.
Kita yang memiliki rasa kagum, hormat dan takut pada pemimpin atau presiden kita -sudahkah kita memiliki rasa takut yang pada Tuhan?

Apabila kita sangat menghargai dan siap mendukung pemimpin negara kita -adakah kita memberikan komitmen dan usaha yang sama untuk mendukung proyek², rencana² dan program Tuhan?

Dan jika kita siap membela dengan menghadapi setiap lawan² pemimpin kita -adakah niat dan beban yang sama untuk menjunjung tinggi nama-Nya dan Kerajaan-Nya dengan hidup sebagai anak² Tuhan yang teguh dan kuat dalam iman dan pengenalan akan Tuhan, sehingga tak lagi dilecehkan oleh orang² fasik?

Jika belum, sebaiknya kita perlu mengubah sikap kita terhadap otoritas yang ada.
Berhati²lah supaya jangan Tuhan menilai kita lebih takut kepada raja daripada kepada Dia.

Dia lebih berkuasa untuk mendatangkan bencana dan kehancuran dalam murka-Nya!

Salam revival
Tuhan Yesus memberkati kita semua…

Bagi saudara-saudari yang berminat bergabung dalam group whatsapp dapat menghubungi no whatsapp 082299968682 atau 081803895744 atau 08980858661


Dengan bersedia mengikuti persyaratan di bawah ini:

PERSYARATAN BERGABUNG DALAM GROUP WHATSAPP WORSHIP CENTER INDONESIA

 
 
   
 
   
Blog, Updated at: 8:02 PM

0 komentar:

Posting Komentar

Mohon TIDAK menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang tidak memuliakan nama Tuhan. Terima kasih atas perhatiannya. Salam Revival!

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.