Oleh: Peter B. MA
Nats :
Lalu
murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: "Kalau demikian mengapa
ahli-ahli Taurat berkata bahwa Elia harus datang dahulu?"
Jawab Yesus:
"Memang Elia akan datang dan memulihkan segala sesuatu
dan Aku berkata
kepadamu: Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenal dia, dan
memperlakukannya menurut kehendak mereka. Demikian juga Anak Manusia
akan menderita oleh mereka."
Pada waktu itu
mengertilah murid-murid Yesus bahwa Ia berbicara tentang Yohanes
Pembaptis.
~ Matius 17:10-13
(TB)
Dalam kebingungan,
murid-murid menanyakan mengenai pengajaran yang mereka terima dari
ahli-ahli taurat mereka. Mereka diberitahu sebelumnya bahwa nabi Elia
akan datang kembali sebelum kedatangan Mesias. Mereka ingin tahu
apakah itu benar adanya. Dan Yesus pun membenarkan hal itu. Namun
tidak hanya itu. Yesus menyampaikan bahwa Elia sudah datang tetapi
orang tidak mengenal dia bahkan memperlakukannya sesuka mereka (yang
artinya sama sekali tidak menyambutnya sebagai seorang hamba Tuhan,
namun mengikuti hati mereka yang tidak sepakat dengannya dan menolak
dia). Baru setelah Yesus menjelaskan hal itu, murid-murid tahu bahwa
yang dimaksud Elia oleh Yesus adalah Yohanes Pembaptis.
Perhatikanlah
fakta-fakta berikut ini. Ahli-ahli taurat tahu mengenai Elia dan
kedatangannya. Itu juga yang mereka ajarkan kepada seluruh Israel.
Anehnya, ketika Elia itu datang, mereka malah tidak mengenalinya
bahkan menganiayanya. Dari sini kita bisa belajar mengenai betapa
kita perlu mengetahui maksud dan kehendak Tuhan yang sesungguhnya
serta betapa pentingnya membedakan mana hamba -hamba sejati dan yang
bukan.
Seperti sudah kita
ketahui sebelumnya, Israel adalah negara yang religius. Kehidupan
mereka didasarkan kepada keyakinan ajaran taurat yang diberikan oleh
Musa. Mereka belajar agama tiap-tiap hari. Membaca, meneliti,
menyelidiki dan berusaha mengamalkan apa yang diajarkan oleh tua-tua
dan guru-guru mereka. Meskipun demikian mereka gagal mengenali
utusan-utusan Tuhan sejati bahkan Anak Allah sendiri.
Bagaimana bisa
terjadi demikian?
1) Mereka merasa
tahu tapi sesungguhnya tidak benar-benar tahu.
Jika kehidupan
sehari-hari dan kerohanian kita didasarkan hanya kepada pengetahuan
prinsip-prinsip aturan agama semata, namun tidak ada hati untuk
mengenal Tuhan secara pribadi, maka yang kita miliki hanyalah
seperangkat pengetahuan yang sekalipun sangat detil dan lengkap,
tidak akan membawa kita pada pemahaman yang tepat akan Allah dan
kehendak-Nya.
Mengetahui sesuatu
tentang Allah tidaklah sama dengan mengenal Dia secara pribadi. Para
fans mengetahui banyak hal secara detil tentang idolanya tetapi hanya
orang-orang yang dekat di hati sang pujaan itulah yang benar benar
memahami isi hati dan pikirannya. Kehidupan seorang figur publik
seperti misalnya seorang presiden banyak diketahui oleh masyarakat
khususnya pendukung-pendukungnya, namun hanya sahabat-sahabatnya,
dimana ia berbagi isi hatinya, yang benar-benar mengetahui pergulatan
batinnya.
Demikian pula dalam
hubungan kita dengan Tuhan. Kita bisa mengetahui segala hal tentang
Dia dengan membaca kitab suci kita. Akan tetapi kita benar-benar
mengetahui dan memahami Dia ketika kita mulai menjalin hubungan
pribadi dengan Dia. Yang dimulai dari hati yang merindukan untuk
tersambung dengan Dia, lebih dari sekedar membaca dan mengumpulkan
segala informasi tentang Dia.
Ahli-ahli taurat dan
orang-orang yahudi tahu akan tampilnya Elia. Namun mereka tidak tahu
siapa yang dimaksudkan itu dan bagaimana ia akan datang. Sebab hal
itu hanya diberitahukan Tuhan pada orang-orang yang rindu untuk lebih
dalam mengenal Tuhan, dimana Ia memberitahukan hal itu secara pribadi
kepada yang mencari kehendak-Nya, yang tidak hanya puas dengan
memperoleh pengetahuan tentang Tuhan saja. Kita mendapat penyingkapan
rahasia-rahasia Tuhan saat kita bercengkerama dan bertanya jawab
dengan Tuhan sendiri sebagaimana murid-murid akhirnya mengetahui
bahwa Yohanes Pembaptis memakai jubah Elia setelah diberitahukan oleh
Yesus sendiri.
2) Mereka
menguasai teori, namun gagal di dalam penerapan
Inilah sebenarnya
kegagalan mereka yang puas dengan hidup beragama. Yang sekedar aktif
untuk belajar dan mengetahui berbagai pemikiran tentang Tuhan,
padahal itu barulah separuh jalan. Yesus tidak mengatakan bahwa yang
berbahagia adalah yang mendengar dan mengetahui firman Tuhan tetapi
yang merenungkan dan melakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Itu
artinya, pengetahuan kita tidak terlalu berarti maupun berdampak jika
kita gagal menerapkannya dalam gaya hidup setiap hari.
Banyak anak Tuhan
mengetahui pengajaran firman Tuhan. Sayangnya itu hanya sebatas
pengetahuan yang mengendap dalam pikiran saja. Tidak pernah
diterapkan dalam keseharian mereka. Akibatnya, semuanya dengan cepat
menguap seolah mereka tidak tahu apapun mengenai itu.
Apapun yang kita
pelajari, tidak akan pernah berkembang dan mencapai pengetahuan yang
sesungguhnya sebelum kita menerapkannya. Pelajaran-pelajaran di
sekolah yang tidak kita dalami dan praktekkan hingga kini, tidak akan
pernah dapat kita pahami secara utuh. Sebagai contoh, meskipun kita
pernah mempelajari fisika dan kimia, namun jika kita tidak
berkecimpung didalamnya, kita sama sekali tidak mengenali peristiwa
dan proses-proses fisika maupun kimia di sekitar kita.
Demikian pula jika
kita hanya mengumpulkan pengetahuan tentang Tuhan. Bila kita tidak
mencari Dia lebih lagi, kita pun tidak akan mengenali kehendak dan
jalan-jalan-Nya. Kita bisa membuka Alkitab kita dan mengutip berbagai
ayat di dalamnya, namun jika kita tidak bergaul dengan Dia, kita
tetap akan kesulitan mengenali Tuhan dan apa yang dikerjakan-Nya.
Orang yang hanya memegang informasi tentang ciri-ciri seseorang yang
hendak ditemuinya pastilah jauh lebih sulit menemukan orang tersebut
daripada orang yang kenal dekat dan tahu secara pribadi seseorang
yang hendak ditemuinya. Itu sebabnya, selain memahami kitab suci,
kita harus membawa pengetahuan kita itu dalam hadirat-Nya dalam
penyembahan dan perenungan pribadi, hingga Tuhan membukakan
rahasia-rahasia-Nya kepada kita.
3) Mereka
berusaha mengenal Tuhan melalui rekaan pikiran sendiri yang belum
diperbarui dan dikuasai oleh roh Tuhan
Orang Israel tidak
mengenali utusan Tuhan seperti Yohanes Pembaptis karena mereka
menafsirkan pesan nabi-nabi menurut pikiran mereka sendiri, bukan
dengan mencari hikmat Tuhan. Mereka berpikir dengan kepandaiannya,
mereka dapat memahami pikiran Tuhan. Mereka pun menafsirkan firman
dari Tuhan yang tak terbatas dengan pikiran mereka yang terbatas,
lebih-lebih jika kemudian tanpa sadar didasari dengan keangkuhan dan
keyakinan diri yang besar bahwa mereka mampu menganalisis isi kitab
suci.
Taurat maupun
Alkitab memang berisi firman Tuhan. Namun itu bukan Tuhan itu
sendiri. Itu adalah kumpulan data tentang Tuhan. Dengan pikiran yang
tidak diserahkan dan tulus mencari Tuhan, data-data itu dapat
ditafsirkan secara keliru, yang seringkali disesuaikan pengetahuan
dan pemahaman kita yang sempit, yang acap kali dibumbui maksud-maksud
pribadi kita sendiri (seperti misalnya ingin membenarkan diri,
menginginkan kenyamanan dan berkat berkat jasmani, ikut Yesus tanpa bayar
harga dsb). Jika kita tidak mencari kehendak Tuhan dengan hati yang
tulus dan bersih, kita akan kesulitan mengenali apa dan siapa yang
sungguh-sungguh datang daripada-Nya, sebab kita cenderung mencari dan
menemukan apa yang kita harapkan dan inginkan sesuai bayangan kita.
Ketiga poin di atas
sebenarnya merupakan pola pikir dan cara pandang orang-orang agamawi.
Yang sering menjadi puas dan bangga dengan pengetahuan agama maupun
praktek-praktek di hadapan orang yang tampak saleh dan rohani
walaupun pada dasarnya tidak benar-benar paham intisari kehendak
Tuhan. Yang tampaknya saja memiliki hubungan dengan Tuhan padahal
mungkin saja ia sama sekali tidak mengenal pribadi maupun jalan-jalan
Tuhan.
Dengan pola pikir
yang demikian, seperti ahli-ahli taurat dan setiap orang yang
mengikuti ajaran mereka, kita pun akan merespon dengan cara yang sama
terhadap pekerjaan Tuhan maupun hamba hamba sejati-Nya. Kita tidak
akan mampu mengenali pekerjaan Tuhan yang benar, mengetahui waktu-Nya
dengan tepat atau membedakan yang manakah hamba-hamba pilihan Tuhan
yang sungguh diutus-Nya. Lebih fatal lagi, kita menjadi skeptis,
mengabaikan, bahkan menolak hingga memusuhi dan menganiaya
hamba-hamba Tuhan yang tulus dan benar-benar mengabdi kepada Tuhan.
Sedangkan di sisi lain, sebaliknya kita justru menghormati dan
meninggikan orang-orang yang tampak hebat dan luar biasa, penuh
kharisma dan menarik hati lalu mengklaimnya sebagai hamba pilihan
Tuhan.
Sesungguhnya kita
memerlukan pengetahuan DAN hubungan yang erat dengan Tuhan.
Pengetahuan saja dapat menyesatkan kita jika hati kita tak sepenuhnya
tertuju kepada nya. Mengejar keintiman dimana roh kita terhubung
dengan Roh Allah, tanpa disertai dasar pengetahuan firman Tuhan juga
rawan membawa kita pada penyimpangan ketika kita mencoba menafsirkan
sendiri yang ditangkap oleh roh kita tanpa panduan firman tertulis.
Biarlah kita
termasuk dalam bilangan orang-orang yang menyambut Tuhan dan
hamba-hamba-Nya. Bukan menolaknya apalagi menganiaya mereka. Bukan
yang merasa benar namun sebenarnya telah berada dalam jalan
kesesatan.
Biarlah kita
mendapatkan pewahyuan yang murni, tepat dan benar dari Tuhan sendiri
sehingga kita menjadi bagian di dalam rencana kegerakan-Nya, bukan
malah menjadi penghalang bagi pekerjaan-Nya.
Pastikanlah Anda
berada pada jalur kehendak Tuhan hari ini!
Salam
Revival!
Indonesia
penuh kemuliaan Tuhan
0 komentar:
Posting Komentar
Mohon TIDAK menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang tidak memuliakan nama Tuhan. Terima kasih atas perhatiannya. Salam Revival!
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.