Oleh: Rick Joyner
Gelombang Kegerakan Tuhan yang baru sedang melanda Gereja Tuhan di seluruh dunia. Akan ada pemulihan total atas gerejaNya,meskipun itu tidak terjadi dalam satu malam. Tuhan sedang memasuki gerejaNya untuk “membersihkan” GerejaNya, mengembalikan posisi Gereja kepada panggilan dan perannya yang sejati.Bagaimanapun Gereja harus sungguh-sungguh bersiap sedia apabila mereka benar-benar rindu menyambut kedatangan Tuhan yang kedua kali.Ya, GerejaNya harus berkuasa dan sepenuhnya memancarkan kemuliaanNya kepada dunia.Salah satu pemulihan yang dahsyat yang merupakan tanda-tanda zaman adalah pelayanan kenabian dan kerasulan. Inilah pelayanan yang akan membawa Gereja menuju kedewasaannya secara penuh. Tuhan akan membangkitkan para nabi dan rasulNya untuk menolong Gereja menggenapi setiap tujuan dan panggilannya. Tetapi seperti kita ketahui, kegerakan Tuhan yang luar biasa ini tidak akan dibiarkan begitu saja oleh Iblis dan seluruh pengikutnya. Ia akan mati-matian menghalangi munculnya jawatan-jawatan rohani yang terakhir ini. Salah satunya adalah dengan menggunakan Sihir atau Roh Izebel.Kita akan sama-sama mempelajari bentuk-bentuk sihir yang selama ini begitu kuat “berkuasa” di dalam Gereja Tuhan. Tidak ada pengungkapan dan penjelasan lebih baik mengenai hal ini selain dari seorang nabi Tuhan sendiri. Dengan karunia pengetahuan dan hikmat yang yang diberikan Tuhan kepadanya, Rick joyner,tidak di ragukan lagi telah melayani dan diurapi dalam jawatan kenabian. Pengajaran berikut ini diambil dari salah satu bab dari buku “Mengalami Kebesaran KuasaNya” karangan Rick Joyner, terbitan Metanoia.Selamat menikmati FirmanNya. Doa Redaksi adalah supaya pembaca sekalian boleh mendapatkan berkat sebesar-besarnya dari pengajaran ini.Tuhan memberkati. (pengantar dari redaksi Worship Center )
Mengalahkan
sihir adalah salah satu pertempuran utama yang harus dihadapi oleh hampir
setiap orang yang dipanggil ke dalam pelayanan. Bahkan, banyak orang yang tidak
sadar akan kuasa yang dipersiapkan untuk menyerang mereka ini, dan karenanya
mereka mengalami banyak luka yang sebenarnya tidak perlu terjadi. Salah satu
personifikasi penting dalam Alkitab tentang pertempuran ini terdapat dalam pergumulan
antara Elia dan Izebel-seorang nabi teladan melawan tukang sihir kelas atas.
Pertempuran
ini sangat menentukan bagi orang-orang yang terlibat dalam pelayanan karena
hasilnya akan menentukan apakah mereka akan memenuhi panggilan mereka atau
tidak. Bahkan, Elia pun mengalami kemunduran dalam pertempurannya dengan
Izebel, sehingga ia harus menyerahkan jubahnya kepada orang lain, dan Elisa
selanjutnya harus memenuhi sejumlah amanat
yang sebelumnya diberikan Tuhan kepada Elia.
Betapapun
Elia telah menyelesaikan banyak hal.Ia tetap merupakan salah satu nabi terbesar
yang pernah hidup, dan menerima kehormatan yang begitu besar dengan dibawa ke
surga menaiki kereta berapi. Akan tetapi, ia masih belum menyelesaikan segala
sesuatu yang telah ditugaskan kepadanya. Betapapun
banyaknya yang telah kita selesaikan, roh Izebel akan menyerang untuk
menghambat menyelesaikan misi kita.
Kita
tidak ingin meninggikan musuh secara tidak pada tempatnya, dan memang tidak alkitabiah
kalau kita takut terhadap musuh, tetapi kita harus mengetahui dan memahami
muslihatnya atau kita justru akan digagalkan olehnya. Roh Izebel adalah salah
satu senjata terampuhnya untuk menyerang siapapun yang berjalan dalam otoritas
rohani, dan bila kita tidak menghormati kuasa itu, ia akan memukul kita
sekeras-kerasnya pada waktu lengah.
Tepat
setelah Elia mengalami kemenangan besar, setelah tanpa gentar berhadapan dan
kemudian membantai ratusan nabi palsu, satu wanita ini, Izebel, menyatakan
bahwa ia akan menangkap Elia dan Elia melarikan diri untuk menyelamatkan
nyawanya. Elia kemudian mengalami depresi, sampai ia tidak ingin hidup lagi. Orang-orang
yang merendahkan kuasa roh Izebel akan mengalami guncangan yang mengerikan, dan
bisa jadi mengalami kekalahan yang mengerikan pula. Secara pribadi saya telah
menyaksikan gereja hancur dan banyak hamba Tuhan gagal akibat tipu daya yang
mengerikan ini.
Sihir
telah meningkat secara dramatis di seluruh dunia pada tahun-tahun belakangan
ini. Salah satu tujuan nyata pergerakan ini adalah mencairkan, menundukkan, dan
menghancurkan kekristenan yang alkitabiah. Mengenali sifat serangan ini dan
mengetahui cara mengalahkannya merupakan hal yang penting bagi semua orang
percaya, bukan hanya para nabi. Namun, para nabi memang tak ayal akan berada di
garis depan dalam pertempuran ini sama seperti Elia pada zamannya.
Keuntungan
Kita Dalam Pertempuran
Kita
tidak boleh mengabaikan muslihat musuh (lihat 2 korintus 2:11), namun “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si iblis,
berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang
dapat ditelannya”. Lawanlah dia dengan iman yang teguh (1 Petrus 5:8-9).
Memahami muslihat iblis pasti akan meningkatkan keuntungan kita dalam
pertempuran. Berada di pihak Tuhan memastikan kemenangan akhir. Gereja akan
menang, injil pada akhirnya akan
berkuasa. Masalahnya, apakah hal itu akan terjadi melalui kita, ataukah penerus
kita yang akan menyaksikan kemenangan akhir itu?
Seluruh
sejarah gereja penuh dengan peperangan rohani dan peperangan ini semakin
intensif seiring dengan semakin dekatnya akhir zaman. Iblis sekarang diusir
dari surga dan di lemparkan ke bumi dengan amarah yang besar. Meskipun
demikian, kita tidak perlu takut - Dia yang ada di dalam diri kita jauh lebih
besar dari pada dia yang ada di dunia ini. Dia yang paling kecil di dalam
Kerajaan Allah lebih berkuasa daripada antikristus manapun.
Namun,
sama halnya dengan kekuatan militer terbesar saat ini pun yang rentan bila ia
tidak mengenali serangan musuh, kita pun rentan kalau kita tidak mengenali
muslihat iblis. Satu-satunya cara iblis dapat
mengalahkan kita adalah melalui kebodohan atau sikap berpuas diri kita.
Bila kita mempertahankan kedudukan kita di dalam Kristus, mengenakan seluruh
perlengkapan senjata Allah dan tetap waspada, kita tidak hanya akan berdiri, namun
akan mampu berkuasa melawan pintu-pintu
alam maut.
Apakah
sihir itu?
Pada dasarnya, sihir adalah otoritas rohani yang palsu; sihir menggunakan roh
jahat untuk mendominasi, memanipulasi atau mengendalikan orang lain. Rasul
Paulus menyebut sihir (juga disebut “tenung”) sebagai salah satu perbuatan
daging (Lihat Galatia 5:20). Sumbernya adalah sifat kedagingan meskipun
biasanya segera memburuk menjadi kuasa roh jahat. Sewaktu kita berusaha menggunakan
tekanan emosional untuk memanipulasi orang lain, hal itu adalah bentuk dasar
sihir. Sewaktu kita menggunakan gairah emosional atau kekuatan jiwa untuk
melibatkan orang ke dalam pelayanan, dan bahkan pekerjaan Allah sekalipun, hal
itu adalah sihir. Bila pengusaha berusaha mendapatkan titik untuk menekan demi
mendapatkan perjanjian bisnis, ini pun merupakan sihir. Banyak taktik manipulasi seperti taktik wiraniaga
dalam pemasaran adalah bentuk dasar sihir. Itulah sebabnya Gerakan Zaman Baru
mengincar kaum profesional kelas atas =
mereka mengenali kekuasaan yang sejati.
Pertahanan
dasar terhadap otoritas rohani yang palsu adalah dengan berjalan dalam otoritas
rohani yang benar. Mengalahkan
sihir sebenarnya sederhana, namun tidak mudah. Hal itu cukup dilakukan dengan
masuk ke dalam perhentian Allah dan mengenakan kuk-Nya. Itulah sebabnya, Rasul
Paulus memperingatkan gereja, “Tetapi
aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati
kepada Kristus, sama seperti Hawa
diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya” (2 Korintus 11:3).
Kita
disihir terutama dengan disimpangkan
dari kesederhanaan ibadah kepada Kristus. Sesuatu yang disebut sebagai “sihir
karismatik” (ini sama sekali tidak menunjuk pada gerakan, aliran, atau
kelompok denominasi tertentu) biasanya
menerobos ke dalam suatu gereja atau pelayanan melalui ambisi egois. Hal ini
akan membuat kita bersusah payah membangun, sehingga dengan demikian membuat
kita meninggalkan perhentian Allah, dan menggenakan kuk yang bukan kuk-Nya.
Tuhan
akan memampukan kita melakukan segala sesuatu yang diperintahkanNya kepada kita.
SebalikNya, segala suatu yang dimulai dengan kekuatan diri sendiri harus dipertahankan
dengan kekuatan kita sendiri, yang mengakibatkan terjadinya tekanan,
manipulasi, dan kontrol. Menegakkan kehidupan kita di atas kebenaran dan
bersandar kepada Tuhan untuk menyelesaikan segala hal yang berkenan dengan kita
sangatlah penting kalau kita ingin dibebaskan dari pengaruh dan tekanan sihir.
Kedudukan Otoritas yang Benar
Dikatakan,
bahwa Yesus duduk di atas taktha Daud. Hal ini tentunya adalah sebuah metafora,
karena Yesus tidak benar-benar duduk, secara fisik, di atas takhta yang pernah
diduduki Daud. Daud menegakkan suatu posisi otoritas rohani yang benar, yang
pada akhirnya ditetapkan dalam Kerajaan Allah. Daud menegakkan prinsip otoritas
rohani sama seperti Abraham menegakkan prinsip
iman. Bagaimana Daud menegakkan posisi otoritas yang benar?Ia menolak
untuk merebut otoritas atau mencari pengaruh bagi dirinya sendiri, namun
sepenuhnya bersandar kepada Allah untuk meneguhkannya ke dalam posisi yang
telah dipercayakan kepadanya. Daud tidak mengangkat tangannya sendiri untuk
mendapatkan pengakuan atau pengaruh, demikian pula kalau kita ingin berjalan
dalam otoritas rohani yang benar dan bukan hanya memegang kekuasaan politik
manusia.
Setiap
otoritas atau pengaruh yang kita peroleh
dengan manipulasi atau meninggikan diri
sendiri akan menjadi batu sandungan bagi kita, menghambat kemampuan kita untuk
menerima amanat dan otoritas yang benar dari Allah. Kalau kita hendak berjalan
dalam otoritas rohani yang benar, seperti Daud, kita harus sepenuhnya
bersandar pada Tuhan untuk meneguhkan
kita di dalam posisi itu dan sesuai dengan waktuNya. Seperti di nasihatkan oleh
Paulus, “Karena itu rendahkanlah dirimu
di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya” (1
Petrus 5:6).
Bisa
jadi tidak ada yang lebih menghancurkan bagi panggilan dan potensi kita untuk
berjalan dalam pelayanan yang benar daripada mencari pengaruh atau otoritas
terlalu dini. Sukses yang terlalu dini bisa jadi merupakan salah satu hal paling
berbahaya yang dapat kita menimpa kita. Meskipun Daud telah dipanggil dan di
urapi sebagai raja bertahun-tahun sebelumnya, ia benar-benar sabar untuk
menunggu ditempatkan dalam posisi itu. Daud tidak menyebut dirinya raja, ia
membiarkan Tuhan yang melakukannya, dan ia menunggu dengan sabar sampai
orang-orang mengenali kehendak Allah. Sebaliknya, Izebel “menyebutkan dirinya nabiah”
(Wahyu 2:20). Kita harus waspada terhadap siapa saja yang berusaha mencari
pengakuan bagi dirinya sendiri di dalam pelayanan.
Sewaktu
Tuhan meninggikan seseorang, ia juga menyediakan anugerah dan hikmat untuk
memikul otoritas tersebut. Tidak ada yang lebih aman daripada mengetahui bahwa
Allah mengenal kita dan Ia telah meneguhkan pelayanan kita. Tidak banyak hal
yang dapat melahirkan ketidakamanan lebih cepat daripada berusaha
mempertahankan posisi yang kita peroleh berdasarkan pengangkatan diri sendiri
atau manipulasi, yang merupakan akar dari
sebagian besar upaya mengamankan
kedudukan sendiri dan perpecahan yang saat ini ada di dalam tubuh
Kristus.
Diteguhkan
dalam otoritas rohani yang benar adalah benteng yang tidak mungkin ditembus
oleh musuh. Paulus menjelaskan bahwa “Allah,
sumber damai sejahtera, segera akan menghancurkan Iblis di bawah kakimu” (Roma
16:20). Bila kita tahu bahwa kita telah diteguhkan oleh Allah, kita akan
memiliki damai sejahtera yang dapat menghancurkan musuh sepenuhnya. Orang-orang
yang meneguhkan dirinya sendiri pada posisi yang memiliki otoritas atau
pengaruh hampir tidak memiliki damai sejahtera. Semakin tidak sah cara kita
mendapatkan pengaruh, semakin banyak pula perjuangan dan manipulasi yang kita
perlukan untuk mempertahankannya. Segala sesuatu yang kita lakukan melalui
manipulasi, mengeksploitasi emosi, atau kekuatan jiwa, betapapun mulia atau
rohani tujuannya, dilakukan dalam otoritas rohani palsu berupa sihir dan tak
ayal akan mengalami kegagalan hebat.
Karena
itu, prinsip pertama untuk dibebaskan dari pengaruh sihir adalah dengan
bertobat dari segala cara sihir yang pernah kita gunakan. Iblis tidak dapat
mengusir iblis. Sihir, bahkan dalam bentuknya yang paling jahat dan kejam,
dapat masuk ke dalam hidup kita kalau kita sendiri menggunakannya, dengan
menerapkan, memanipulasi, atau mengendalikan orang lain untuk mendapatkan suatu
posisi.
Mungkin
kita menggunakan cara itu dengan alasan yang seolah-olah dapat dibenarkan,
misalnya untuk membangun gereja. Namun Allah tidak dapat dipermainkan, demikian
pula musuh kita.Apa yang dibangun oleh Allah tidak dapat dibangkitkan dengan
kekuatan atau kekuasaan manusia, tetapi oleh RohNya. Apa pun yang kita bangun
selain dengan Roh-Nya adalah penghinaan terhadap salib dan pada akhirnya akan
menentang apa yang sedang dikerjakan
oleh Roh. Daging berlawanan dengan Roh, betapa pun baiknya kita mengusahakan
penampilan daging itu.
Karunia
Kepekaan Rohani
Karunia
membedakan roh adalah karunia utama Roh Kudus yang memampukan kita untuk
membedakan sumber rohani yang berpengaruh dalam gereja. Kebanyakan sesuatu yang
disebut sebagai “kepekaan rohani” dewasa ini sebenarnya adalah kecurigaan yang
berakar pada roh pertahanan wilayah, bukannya berasal dari Roh Kudus. Hal ini
karena kebanyakan otoritas yang dijalankan di gereja saat ini adalah palsu,
yang menyebabkan orang yang menggunakannya harus bergumul, ketakutan dan terintimidasi
oleh siapa pun yang tidak dapat mereka kendalikan.
Kepekaan
rohani yang benar berakar dalam kasih yang “sabar…murah
hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak
melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak
pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena
ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia
menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu,
sabar menganggung segala sesuatu” (lihat 1 Korintus 13:4-7). Banyak orang yang
menganggap bahwa kesediaan untuk “percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu,
sabar menanggung segala sesuatu” akan mengakibatkan kenaifan, dan bukannya kepekaan rohani, padahal itu tidak
benar. Kalau kita tidak melihat melalui
mata Allah yang penuh kasih, kita tidak dapat melihat secara jelas dan kita
tidak akan dapat menafsirkan secara akurat apa yang kita lihat.
Kepekaan
rohani yang benar hanya dapat bekerja melalui kasih Allah. Kasih Allah tidak
perlu dikacaukan dengan belas kasihan yang sembrono, yang mengizinkan hal-hal
yang dilarang Allah. Kasih Allah itu sepenuhnya murni dan dengan mudah
membedakan antara yang murni dan yang cemar, serta selalu melakukannya pada
waktu yang tepat. Rasa tidak aman, pertahanan diri, pengangkatan diri,
luka-luka yang tak kunjung sembuh, sikap tidak mau mengampuni, kepahitan, dan
sebagainya, semua itu akan mengacaukan dan menggagalkan kepekaan rohani yang
benar.
Kedewasaan
Rohani
Belajar
untuk mengatasi penolakan dan kesalahpahaman sama seperti Tuhan, yang berdoa
untuk pengampunan orang-orang yang menganiaya-Nya, sangatlah penting bila kita
ingin berjalan dalam Roh, otoritas rohani, atau pelayanan yang benar.
Kalau
kita ingin menyelesaikan tujuan Allah, kita perlu mencapai taraf kedewasaan di
mana “Kasih Kristus yang menguasai kami”
(2 Korintus 5:14). Kasih tidak mengingat-ingat kesalahan yang harus
ditanggungnya dan tidak dimotivasi oleh penolakan, yang akan mendorong kita
untuk membalas dendam atau berusaha membuktikan diri sendiri, dan mengakibatkan
kita menyimpang dari otoritas yang benar.
Meninggikan
Diri Sendiri, Lalu Mendewakan Diri Sendiri
Penonjolan
karunia seseorang secara berlebihan-lebihan adalah suatu tanda yang jelas akan
adanya masalah lain yang merusak dalam pelayanan orang itu, sekalipun
karuniannya itu memang benar-benar nyata. Nabi yang mengangkat dirinya sendiri
biasanya akan berakhir dengan melintas batas antara nubuat dan ramalan. Wahyu
yang benar dinyatakan kepada orang-orang yang berserah dan tunduk kepada Tuhan,
bukan kepada orang yang bergumul
untuk mendapatkannya.
Pengalaman
profetis bukanlah tanda kedewasaan atau pentingnya seseorang. Nabi yang dewasa
akan lebih banyak mengejar suatu hubungan dan keintiman dengan Tuhan daripada
pengalaman profetis. Orang-orang yang bergumul untuk mendapatkan pengalaman
profetis bisa jadi berhasil mendapatkannya, namun dari sumber yang salah. Wahyu akan dinyatakan kepada nabi
yang benar tanpa perlu pergumulan. Pohon apel tidak pernah mencemaskan berapa banyak
apel yang akan dihasilkannya setiap hari; kalau dia benar-benar pohon apel,
apelnya pasti akan bermunculan.
Akan
tetapi, kita juga harus membedakan antara mengejar
dan bergumul. Tidak salah kalau kita
mengejar karunia Roh, namun bukan berarti kita harus bergumul untuk
mendapatkannya. Orang yang benar-benar mengejar sesuatu akan damai dan tenang,
tidak gelisah. Saya berdoa selama 25 tahun agar diangkat ke langit ketiga
seperti Paulus sebelum saya mulai mengalami hal-hal yang hampir setaraf dengan
itu. Melalui iman dan kesabaranlah kita akan menerima janji-janji (lihat Ibrani
6:12). Iman yang sejati diperlihatkan dengan kesabaran. Iman mengejar, namun juga
tenang dan percaya akan hikmat Allah. (bersambung)
Setiap pengaruh yang kita
dapatkan melalui pengangkatan diri suatu saat nanti akan menjadi jerat bagi
kita. Seluruh uang atau sumber daya lain yang kita kumpulkan melalui
pengangkatan diri benar-benar akan menjadi batu sandungan bagi perjalanan
pelayanan yang telah ditetapkan bagi kita.
Apa pun yang diperoleh dengan
pergumulan dan pengangkatan diri harus dipertahankan pula dengan pergumulan, sehingga
menghambat kita untuk berjalan di tempat yang telah ditetapkan Allah bagi kita.
Belum lagi kalau ada orang yang cukup naif sehingga mau mengikuti kita, ia pun
akan disesatkan. Manipulasi dan eksploitasi emosi adalah musuh yang mematikan,
bukan hanya bagi pelayanan profetis, melainkan juga bagi semua pelayanan yang
benar. Setiap orang yang memahami pelayanan dan otoritas rohani yang benar
tidak akan menginginkan sekeping pun pengaruh yang tidak diberikan oleh Allah
kepada mereka.
Takut Kepada Manusia, Membawa pada Sihir
Raja Saul adalah contoh yang
bagus tentang bagaimana seseorang dengan pelayanan dan urapan yang benar dari Allah dapat jatuh ke dalam
otoritas rohani yang palsu atau sihir ini. Sewaktu ia diperintahkan untuk
menunggu Samuel sebelum mempersembahkan korban, ia menyerah pada tekanan dan
mempersembahkan korban itu sebelum waktunya. Ia berkata, “Karena aku melihat rakyat itu berserak-serak meninggalkan aku …
padahal orang Filistin telah berkumpul” (1 Samuel 13:11). Pada situasi
seperti inilah banyak orang yang terjatuh menyimpang dari jalan yang benar;
ketika kita lebih takut kepada manusia atau keadaan daripada takut kepada
Allah, kita pun akan berjalan menyimpang dari otoritas yang benar. Sewaktu kita
mulai takut bahwa manusia akan meninggalkan kita lebih daripada ketakutan bahwa
Allah akan meninggalkan kita, kita telah menyimpang dari iman yang benar.
Melampaui Batas
Patut dicatat bahwa Saul
melanggar dengan mempersembahkan korban kepada Allah, padahal sebenarnya ia
tidak memenuhi syarat untuk mempersembahkannya. Saul berasal dari suku
Benyamin, bukan Lewi. Seperti itulah biasanya cara sihir mendorong kita
terjatuh, yaitu dengan membujuk kita untuk melampaui wilayah otoritas yang
telah ditetapkan bagi kita. Paulus menjelaskan bahwa ia tidak akan lancang pergi
melampaui wilayah otoritas yang telah ditetapkan untuk dijangkaunya, yaitu
sejauh Korintus. Ini adalah batas geografis yang telah ditetapkan Allah baginya
pada saat itu, yang nantinya diubah, namun Paulus berhati-hati untuk tidak
menyeberanginya. Sewaktu kita melampaui apa yang telah ditetapkan Allah untuk
kita lakukan, kita pun melampaui anugerah-Nya, dan dengan demikian kita menjadi
mangsa empuk bagi musuh. Bila iblis tidak dapat menghentikan Anda, ia akan
berusaha mendorong Anda bergerak terlalu jauh.
Seperti itulah kejatuhan yang
dialami oleh sejumlah “pelayanan besar” selama tahun 1980-an, begitu pula
dengan banyaknya kejatuhan pelayanan kecil yang berusaha menandingi pelayanan
besar. Ini tak ayal merupakan konsekuensi dari sejumlah konsep iman menyimpang
yang banyak diajarkan pada saat itu. Iman yang sejati tidak selalu harus
diperlihatkan dengan menjadi lebih besar dan lebik baik, tetapi kadang-kadang
bahkan dengan menyerahkan apa yang dijanjikan Allah, seperti yang dengan rela
dilakukan Abraham sewaktu mempersembahkan Ishak.
Bila Anda dipanggil untuk
memimpin 500 orang, mungkin dapat saja Anda meningkatkan kehadiran gereja Anda
melalui promosi dan kewiraniagaan yang baik, namun sekalipun gereja Anda
bertumbuh sampai 5.000 orang, akan tiba saatnya perpecahan gereja membawa Anda
kembali ke tempat yang sesuai dengan urapan Anda. Akan tiba harinya sewaktu
kekuatan jiwa tidak akan sanggup menompang pekerjaan melampaui anugerah yang
telah ditetapkan bagi Anda. Satu-satunya cara Anda dapat menompangnya melampaui
anugerah tersebut adalah dengan menjadi, setidaknya sampai taraf tertentu,
sebuah aliran sesat.
Orang yang benar-benar memahami
otoritas rohani juga akan memiliki pemahaman
yang mendalam tentang anugerah Allah. Ketakutan terbesar mereka adalah
meninggalkan tempat yang penuh dengan anugerah-Nya. Yakobus dan Petrus memahami
hal ini, sehingga keduanya menekankan bahwa “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang
rendah hati” (Yakobus 4:6, lihat juga 1 Petrus 5:5). Kecongkakanlah yang
mendorong kita untuk melangkah lebih jauh daripada yang telah ditetapkan Allah
bagi kita. Bentuk tertinggi kesombongan ini adalah, “Aku harus menyelamatkan
mentalitas dunia ini.” Kita mungkin merasakan belas kasihan yang nyata sewaktu
kita berusaha untuk menanggapi setiap kebutuhan manusia, namun paling jauh itu
hanyalah belas kasihan manusiawi, dan hal itu telah menyimpangkan kita dari
usaha untuk melakukan sesuatu yang Tuhan Yesus pun tidak pernah melakukannya.
Perangkap
Maut
Karena sihir pada dasarnya
berakar dalam takut akan manusia, dan “Takut
kepada orang mendatangkan jerat” (Amsal 29:25), orang-orang yang mulai
bergerak dalam sihir pun
terperangkap-ketakutan adalah jerat. Semakin besar proyek atau pelayanan yang
kita bangun dengan kekuatan jiwa, manipulasi, dan kontrol, semakin besar
ketakutan kita terhadap sesuatu atau seseorang yang tidak dapat kita manipulasi
atau kita kontrol. Orang-orang yang terjerat ke dalam perangkap maut ini paling
ketakutan terhadap mereka yang berjalan di dalam urapan dan otoritas yang
benar, karena orang-orang itu paling tidak terpengaruh oleh roh
manipulasi atau kontrol.
Itulah sebabnya, Saul murka
kepada Daud dan mati-matian hendak menghabisinya, meskipun Daud pada saat itu
hanyalah “seekor lalat”. Begitu manipulasi dan kontrol menguasai hati kita, hal
itu akan dibarengi pula oleh kegilaan. Orang-orang yang telah terjerat ke dalam
perangkap maut ini menjadi kehilangan akal dan mati-matian berusaha
menyingkirkan atau menghancurkan siapa saja yang mengancam kontrol mereka.
Orang-orang yang menerima
otoritas, pengakuan, atau keamanan mereka dari manusia akan, seperti Saul,
berakhir di rumah tukang sihir. Itulah sebabnya, Samuel memperingatkan Saul
bahwa “pendurhakaan adalah sama seperti
dosa sihir” (1 Samuel 15:23). Bila orang yang memegang otoritas rohani
durhaka terhadap Roh Kudus, kekosongan di dalam dirinya akan diisi oleh
otoritas rohani palsu berupa sihir.
Hal ini bisa jadi dimulai hanya
dengan ketergantungan pada kekuatan jiwa, namun bila tanpa pertobatan hal ini
akan berakhir menjadi bentuk kecongkakan dan pemberontakan yang paling keji,
seperti yang kita jumpai dalam kasus Raja Saul. Saul membunuh imam-imam yang
benar, menganiaya orang-orang yang hatinya benar-benar tertuju kepada Allah.
Dan menghabiskan malam terakhirnya di rumah seorang tukang sihir. Sebuah konsekuensi
yang sudah sewajarnya untuk jalan hidup yang telah dipilihnya.
Pelayanan dengan otoritas rohani
adalah posisi yang berbahaya. Bila kita bijaksana, seperti Daud, kita tidak
akan mengejar posisi otoritas, dan kita akan menerima satu pun yang ditawarkan
sebelum kita yakin bahwa Tuhanlah yang menawarkannya. Iblis mencobai setiap
orang yang dipanggil oleh Allah dengan pencobaan seperti yang ditawarkannya
kepadaYesus; kalau kita mau sujud menyembah dia dan mengikuti jalan-jalannya,
ia akan memberikan kepada kita otoritas atas kerajaan-kerajaan. Allah telah
memanggil kita untuk berkuasa atas kerajaan-kerajaan juga, namun jalan-Nya
menuju ke kayu salib dan otoritas itu hanya dapat diperoleh kalau kita menjadi
hamba bagi semua orang. Iblis mencobai
dengan menawarkan jalan yang cepat dan mudah untuk mencapai sesuatu yang
sebenarnya memang sudah disiapkan Allah bagi kita.
Tanggung Jawab Otoritas yang Benar
Salah satu ungkapan yang paling
sering digunakan pada Daud adalah “ia bertanya kepada Tuhan”. Dalam beberapa
peristiwa, ketika ia mengambil keputusan tanpa bertanya kepada Tuhan,
konsekuensinya sangat parah. Tidak hanya Daud yang menanggung akibat kelancangan
ini, namun juga orang-orang yang dipimpinnya. Semakin tinggi posisi otoritas,
semakin berbahaya posisi itu dan semakin banyak pula orang yang akan
terpengaruh oleh keputusan yang dibuatnya, yang tampaknya tidak berarti
sekalipun.
Sewaktu Adam jatuh ke dalam
dosa, miliaran jiwa harus menderita. Otoritas selalu disertai dengan
pertanggungjawaban yang sesungguhnya. Hanya jiwa yang paling kejam dan
bobroklah yang menginginkan otoritas untuk alasan-alasan egois. Otoritas rohani
yang benar bukanlah kehormatan yang harus dicari, melainkan suatu beban yang
harus dipikul. Banyak orang yang mencari otoritas dan pengaruh tidak mengerti apa
sebenarnya yang mereka minta, dan bahwa ketidakdewasan mereka dapat menjadi
laknat bila otoritas itu diberikan sebelum waktunya.
Meskipun Daud hidup ribuan tahun
sebelum masa anugerah, ia bisa jadi memahami anugerah sebaik orang yang hidup
pada zaman ini. Betapa-pun, ia melakukan kesalahan yang menelan ribuan nyawa.
Barangkali karena Salomo mengamati ayahnya, maka satu hal yang diinginkannya
adalah hikmat untuk memerintah atas umat Allah. Setiap orang yang dipanggil
untuk menduduki posisi otoritas dalam gereja harus memiliki sikap serupa itu.
Bahkan, sekalipun kita tidak berada pada posisi yang memiliki otoritas,kelancangan
dapat membunuh kita. Bila kita berada pada posisi itu, hampir dapat dipastikan
bahwa hal itu akan menyeret kita ke dalam kejatuhan, dan sekaligus menyeret
banyak orang lain juga.
Karunia kata-kata pengetahuan
dapat merupakan pernyataan kuasa yang menakjubkan, dan memang mendatangkan
kegairahan yang sangat luar biasa, namun orang yang dipanggil untuk berjalan
dalam otoritas rohani akan lebih berupaya untuk mendapatkan karunia kata-kata
hikmat daripada kata-kata pengetahuan. Kita memerlukan kuasa kata-kata
pengetahuan untuk menyelesaikan pekerjaan Tuhan, namun kita harus memiliki
hikmat untuk menggunakan kuasa itu secara benar.
Jaring Pengaman
Orang yang ditinggikan sebelum memiliki kerendahan
hati pasti akan jatuh, karena “Allah
menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati”
(Yakobus 4:6). Karena itu, kalau
kita berhikmat, kita justru akan mencari kerendahan hati sebelum
mendapatkan posisi. Otoristas yang benar bekerja berdasarkan anugerah Allah, dan semakin besar otoritas yang kita
pegang, semakin besar pula anugerah yang
kita perlukan.
Kita hanya memiliki otoritas
rohani yang benar sejalan dengan keberadaan Sang Raja dalam diri kita. Otoritas
rohani yang benar bukanlah suatu posisi, melainkan suatu anugerah. Otoritas
rohani yang palsu bersandar pada posisi, bukannya pada anugerah. Pemegang
otoritas rohani tertinggi, yaitu Yesus, menggunakan posisi-Nya untuk menyerahkan
hidup-Nya. Ia memerintahkan orang-orang yang mau mengikuti-Nya untuk memikul
salib mereka dan melakukan hal yang sama.
0 komentar:
Posting Komentar
Mohon TIDAK menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang tidak memuliakan nama Tuhan. Terima kasih atas perhatiannya. Salam Revival!
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.