KOMUNITAS PERSATUAN INTERDENOMINASI GEREJA YANG MEMPERJUANGKAN TERJADINYA KEBANGUNAN ROHANI

OTORITAS ROHANI YANG PALSU

Posted By passion for revival on Rabu, 07 Desember 2016 | 4:15 PM



Oleh: Rick Joyner


Gelombang Kegerakan Tuhan yang baru sedang melanda Gereja Tuhan di seluruh dunia. Akan ada pemulihan total atas gerejaNya,meskipun itu tidak terjadi dalam satu malam. Tuhan sedang memasuki gerejaNya untuk “membersihkan” GerejaNya, mengembalikan posisi Gereja kepada panggilan dan perannya yang sejati.Bagaimanapun Gereja harus sungguh-sungguh bersiap sedia apabila mereka benar-benar rindu menyambut kedatangan Tuhan yang kedua kali.Ya, GerejaNya harus berkuasa dan sepenuhnya memancarkan kemuliaanNya kepada dunia.
Salah satu pemulihan yang dahsyat yang merupakan tanda-tanda zaman adalah pelayanan kenabian dan kerasulan. Inilah pelayanan yang akan membawa Gereja menuju kedewasaannya secara penuh. Tuhan akan membangkitkan para nabi dan rasulNya untuk menolong Gereja menggenapi setiap tujuan dan panggilannya. Tetapi seperti kita ketahui, kegerakan Tuhan yang luar biasa ini tidak akan dibiarkan begitu saja oleh Iblis dan seluruh pengikutnya. Ia akan mati-matian menghalangi  munculnya jawatan-jawatan rohani yang terakhir ini. Salah satunya adalah dengan menggunakan Sihir atau Roh Izebel.
Kita akan sama-sama mempelajari bentuk-bentuk sihir yang selama ini begitu kuat “berkuasa” di dalam Gereja Tuhan. Tidak ada pengungkapan dan penjelasan lebih baik mengenai hal ini selain dari seorang nabi Tuhan sendiri. Dengan karunia pengetahuan dan hikmat yang yang diberikan Tuhan kepadanya, Rick joyner,tidak di ragukan lagi telah melayani dan diurapi dalam jawatan kenabian. Pengajaran berikut ini diambil dari salah satu bab dari buku “Mengalami Kebesaran KuasaNya” karangan Rick Joyner, terbitan Metanoia.
Selamat menikmati FirmanNya. Doa Redaksi adalah supaya pembaca sekalian boleh mendapatkan berkat sebesar-besarnya dari pengajaran ini.Tuhan memberkati. (pengantar dari redaksi Worship Center )
 


Mengalahkan sihir adalah salah satu pertempuran utama yang harus dihadapi oleh hampir setiap orang yang dipanggil ke dalam pelayanan. Bahkan, banyak orang yang tidak sadar akan kuasa yang dipersiapkan untuk menyerang mereka ini, dan karenanya mereka mengalami banyak luka yang sebenarnya tidak perlu terjadi. Salah satu personifikasi penting dalam Alkitab tentang pertempuran ini terdapat dalam pergumulan antara Elia dan Izebel-seorang nabi teladan melawan tukang sihir kelas atas.
Pertempuran ini sangat menentukan bagi orang-orang yang terlibat dalam pelayanan karena hasilnya akan menentukan apakah mereka akan memenuhi panggilan mereka atau tidak. Bahkan, Elia pun mengalami kemunduran dalam pertempurannya dengan Izebel, sehingga ia harus menyerahkan jubahnya kepada orang lain, dan Elisa selanjutnya harus memenuhi sejumlah amanat  yang sebelumnya diberikan Tuhan kepada Elia.
Betapapun Elia telah menyelesaikan banyak hal.Ia tetap merupakan salah satu nabi terbesar yang pernah hidup, dan menerima kehormatan yang begitu besar dengan dibawa ke surga menaiki kereta berapi. Akan tetapi, ia masih belum menyelesaikan segala sesuatu yang telah ditugaskan kepadanya. Betapapun banyaknya yang telah kita selesaikan, roh Izebel akan menyerang untuk menghambat menyelesaikan misi kita.
Kita tidak ingin meninggikan musuh secara tidak  pada tempatnya, dan memang tidak alkitabiah kalau kita takut terhadap musuh, tetapi kita harus mengetahui dan memahami muslihatnya atau kita justru akan digagalkan olehnya. Roh Izebel adalah salah satu senjata terampuhnya untuk menyerang siapapun yang berjalan dalam otoritas rohani, dan bila kita tidak menghormati kuasa itu, ia akan memukul kita sekeras-kerasnya pada waktu lengah.
Tepat setelah Elia mengalami kemenangan besar, setelah tanpa gentar berhadapan dan kemudian membantai ratusan nabi palsu, satu wanita ini, Izebel, menyatakan bahwa ia akan menangkap Elia dan Elia melarikan diri untuk menyelamatkan nyawanya. Elia kemudian mengalami depresi, sampai ia tidak ingin hidup lagi. Orang-orang yang merendahkan kuasa roh Izebel akan mengalami guncangan yang mengerikan, dan bisa jadi mengalami kekalahan yang mengerikan pula. Secara pribadi saya telah menyaksikan gereja hancur dan banyak hamba Tuhan gagal akibat tipu daya yang mengerikan ini.
Sihir telah meningkat secara dramatis di seluruh dunia pada tahun-tahun belakangan ini. Salah satu tujuan nyata pergerakan ini adalah mencairkan, menundukkan, dan menghancurkan kekristenan yang alkitabiah. Mengenali sifat serangan ini dan mengetahui cara mengalahkannya merupakan hal yang penting bagi semua orang percaya, bukan hanya para nabi. Namun, para nabi memang tak ayal akan berada di garis depan dalam pertempuran ini sama seperti Elia pada zamannya.

Keuntungan Kita Dalam Pertempuran

Kita tidak boleh mengabaikan muslihat musuh (lihat 2 korintus 2:11), namun “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya”. Lawanlah dia dengan iman yang teguh (1 Petrus 5:8-9). Memahami muslihat iblis pasti akan meningkatkan keuntungan kita dalam pertempuran. Berada di pihak Tuhan memastikan kemenangan akhir. Gereja akan menang, injil  pada akhirnya akan berkuasa. Masalahnya, apakah hal itu akan terjadi melalui kita, ataukah penerus kita yang akan menyaksikan kemenangan akhir itu?
Seluruh sejarah gereja penuh dengan peperangan rohani dan peperangan ini semakin intensif seiring dengan semakin dekatnya akhir zaman. Iblis sekarang diusir dari surga dan di lemparkan ke bumi dengan amarah yang besar. Meskipun demikian, kita tidak perlu takut - Dia yang ada di dalam diri kita jauh lebih besar dari pada dia yang ada di dunia ini. Dia yang paling kecil di dalam Kerajaan Allah lebih berkuasa daripada antikristus manapun.
Namun, sama halnya dengan kekuatan militer terbesar saat ini pun yang rentan bila ia tidak mengenali serangan musuh, kita pun rentan kalau kita tidak mengenali muslihat iblis. Satu-satunya cara iblis dapat  mengalahkan kita adalah melalui kebodohan atau sikap berpuas diri kita. Bila kita mempertahankan kedudukan kita di dalam Kristus, mengenakan seluruh perlengkapan senjata Allah dan tetap waspada, kita tidak hanya akan berdiri, namun akan mampu  berkuasa melawan pintu-pintu alam maut.

Apakah sihir itu?

Pada dasarnya, sihir adalah otoritas  rohani yang palsu; sihir menggunakan roh jahat untuk mendominasi, memanipulasi atau mengendalikan orang lain. Rasul Paulus menyebut sihir (juga disebut “tenung”) sebagai salah satu perbuatan daging (Lihat Galatia 5:20). Sumbernya adalah sifat kedagingan meskipun biasanya segera memburuk menjadi kuasa roh jahat. Sewaktu kita berusaha menggunakan tekanan emosional untuk memanipulasi orang lain, hal itu adalah bentuk dasar sihir. Sewaktu kita menggunakan gairah emosional atau kekuatan jiwa untuk melibatkan orang ke dalam pelayanan, dan bahkan pekerjaan Allah sekalipun, hal itu adalah sihir. Bila pengusaha berusaha mendapatkan titik untuk menekan demi mendapatkan perjanjian bisnis, ini pun merupakan sihir.  Banyak taktik manipulasi seperti taktik wiraniaga dalam pemasaran adalah bentuk dasar sihir. Itulah sebabnya Gerakan Zaman Baru mengincar  kaum profesional kelas atas = mereka mengenali kekuasaan yang sejati.
Pertahanan dasar terhadap otoritas rohani yang palsu adalah dengan berjalan dalam otoritas rohani yang benar.  Mengalahkan sihir sebenarnya sederhana, namun tidak mudah. Hal itu cukup dilakukan dengan masuk ke dalam perhentian Allah dan mengenakan kuk-Nya. Itulah sebabnya, Rasul Paulus memperingatkan gereja, “Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti  Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya” (2 Korintus 11:3).
Kita disihir terutama  dengan disimpangkan dari kesederhanaan ibadah kepada Kristus. Sesuatu yang disebut sebagai “sihir karismatik” (ini sama sekali tidak menunjuk pada gerakan, aliran, atau kelompok  denominasi tertentu) biasanya menerobos ke dalam suatu gereja atau pelayanan melalui ambisi egois. Hal ini akan membuat kita bersusah payah membangun, sehingga dengan demikian membuat kita meninggalkan perhentian Allah, dan menggenakan kuk yang bukan kuk-Nya.
Tuhan akan memampukan kita melakukan segala sesuatu yang diperintahkanNya kepada kita. SebalikNya, segala suatu yang dimulai dengan kekuatan diri sendiri harus dipertahankan dengan kekuatan kita sendiri, yang mengakibatkan terjadinya tekanan, manipulasi, dan kontrol. Menegakkan kehidupan kita di atas kebenaran dan bersandar kepada Tuhan untuk menyelesaikan segala hal yang berkenan dengan kita sangatlah penting kalau kita ingin dibebaskan dari pengaruh dan tekanan sihir.

Kedudukan Otoritas yang Benar

Dikatakan, bahwa Yesus duduk di atas taktha Daud. Hal ini tentunya adalah sebuah metafora, karena Yesus tidak benar-benar duduk, secara fisik, di atas takhta yang pernah diduduki Daud. Daud menegakkan suatu posisi otoritas rohani yang benar, yang pada akhirnya ditetapkan dalam Kerajaan Allah. Daud menegakkan prinsip otoritas rohani sama seperti Abraham menegakkan prinsip  iman. Bagaimana Daud menegakkan posisi otoritas yang benar?Ia menolak untuk merebut otoritas atau mencari pengaruh bagi dirinya sendiri, namun sepenuhnya bersandar kepada Allah untuk meneguhkannya ke dalam posisi yang telah dipercayakan kepadanya. Daud tidak mengangkat tangannya sendiri untuk mendapatkan pengakuan atau pengaruh, demikian pula kalau kita ingin berjalan dalam otoritas rohani yang benar dan bukan hanya memegang kekuasaan politik manusia.
Setiap otoritas atau pengaruh yang kita  peroleh dengan  manipulasi atau meninggikan diri sendiri akan menjadi batu sandungan bagi kita, menghambat kemampuan kita untuk menerima amanat dan otoritas yang benar dari Allah. Kalau kita hendak berjalan dalam otoritas rohani yang benar, seperti Daud, kita harus sepenuhnya bersandar  pada Tuhan untuk meneguhkan kita di dalam posisi itu dan sesuai dengan waktuNya. Seperti di nasihatkan oleh Paulus, “Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya” (1 Petrus 5:6).
Bisa jadi tidak ada yang lebih menghancurkan bagi panggilan dan potensi kita untuk berjalan dalam pelayanan yang benar daripada mencari pengaruh atau otoritas terlalu dini. Sukses yang terlalu dini bisa jadi merupakan salah satu hal paling berbahaya yang dapat kita menimpa kita. Meskipun Daud telah dipanggil dan di urapi sebagai raja bertahun-tahun sebelumnya, ia benar-benar sabar untuk menunggu ditempatkan dalam posisi itu. Daud tidak menyebut dirinya raja, ia membiarkan Tuhan yang melakukannya, dan ia menunggu dengan sabar sampai orang-orang mengenali kehendak Allah. Sebaliknya, Izebel menyebutkan dirinya nabiah” (Wahyu 2:20). Kita harus waspada terhadap siapa saja yang berusaha mencari pengakuan bagi dirinya sendiri di dalam pelayanan.
Sewaktu Tuhan meninggikan seseorang, ia juga menyediakan anugerah dan hikmat untuk memikul otoritas tersebut. Tidak ada yang lebih aman daripada mengetahui bahwa Allah mengenal kita dan Ia telah meneguhkan pelayanan kita. Tidak banyak hal yang dapat melahirkan ketidakamanan lebih cepat daripada berusaha mempertahankan posisi yang kita peroleh berdasarkan pengangkatan diri sendiri atau manipulasi, yang merupakan akar dari  sebagian besar upaya mengamankan  kedudukan sendiri dan perpecahan yang saat ini ada di dalam tubuh Kristus.
Diteguhkan dalam otoritas rohani yang benar adalah benteng yang tidak mungkin ditembus oleh musuh. Paulus menjelaskan bahwa “Allah, sumber damai sejahtera, segera akan menghancurkan Iblis di bawah kakimu” (Roma 16:20). Bila kita tahu bahwa kita telah diteguhkan oleh Allah, kita akan memiliki damai sejahtera yang dapat menghancurkan musuh sepenuhnya. Orang-orang yang meneguhkan dirinya sendiri pada posisi yang memiliki otoritas atau pengaruh hampir tidak memiliki damai sejahtera. Semakin tidak sah cara kita mendapatkan pengaruh, semakin banyak pula perjuangan dan manipulasi yang kita perlukan untuk mempertahankannya. Segala sesuatu yang kita lakukan melalui manipulasi, mengeksploitasi emosi, atau kekuatan jiwa, betapapun mulia atau rohani tujuannya, dilakukan dalam otoritas rohani palsu berupa sihir dan tak ayal akan mengalami kegagalan hebat.
Karena itu, prinsip pertama untuk dibebaskan dari pengaruh sihir adalah dengan bertobat dari segala cara sihir yang pernah kita gunakan. Iblis tidak dapat mengusir iblis. Sihir, bahkan dalam bentuknya yang paling jahat dan kejam, dapat masuk ke dalam hidup kita kalau kita sendiri menggunakannya, dengan menerapkan, memanipulasi, atau mengendalikan orang lain untuk mendapatkan suatu posisi.
Mungkin kita menggunakan cara itu dengan alasan yang seolah-olah dapat dibenarkan, misalnya untuk membangun gereja. Namun Allah tidak dapat dipermainkan, demikian pula musuh kita.Apa yang dibangun oleh Allah tidak dapat dibangkitkan dengan kekuatan atau kekuasaan manusia, tetapi oleh RohNya. Apa pun yang kita bangun selain dengan Roh-Nya adalah penghinaan terhadap salib dan pada akhirnya akan menentang apa  yang sedang dikerjakan oleh Roh. Daging berlawanan dengan Roh, betapa pun baiknya kita mengusahakan penampilan daging itu.

Karunia Kepekaan Rohani

Karunia membedakan roh adalah karunia utama Roh Kudus yang memampukan kita untuk membedakan sumber rohani yang berpengaruh dalam gereja. Kebanyakan sesuatu yang disebut sebagai “kepekaan rohani” dewasa ini sebenarnya adalah kecurigaan yang berakar pada roh pertahanan wilayah, bukannya berasal dari Roh Kudus. Hal ini karena kebanyakan otoritas yang dijalankan di gereja saat ini adalah palsu, yang menyebabkan orang yang menggunakannya harus bergumul, ketakutan dan terintimidasi oleh siapa pun yang tidak dapat mereka kendalikan.
Kepekaan rohani yang benar berakar dalam kasih yang “sabar…murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia  menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menganggung segala sesuatu” (lihat 1 Korintus 13:4-7). Banyak orang yang menganggap bahwa kesediaan untuk “percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu” akan mengakibatkan kenaifan, dan  bukannya kepekaan rohani, padahal itu tidak benar. Kalau kita tidak  melihat melalui mata Allah yang penuh kasih, kita tidak dapat melihat secara jelas dan kita tidak akan dapat menafsirkan secara akurat apa yang kita lihat.
Kepekaan rohani yang benar hanya dapat bekerja melalui kasih Allah. Kasih Allah tidak perlu dikacaukan dengan belas kasihan yang sembrono, yang mengizinkan hal-hal yang dilarang Allah. Kasih Allah itu sepenuhnya murni dan dengan mudah membedakan antara yang murni dan yang cemar, serta selalu melakukannya pada waktu yang tepat. Rasa tidak aman, pertahanan diri, pengangkatan diri, luka-luka yang tak kunjung sembuh, sikap tidak mau mengampuni, kepahitan, dan sebagainya, semua itu akan mengacaukan dan menggagalkan kepekaan rohani yang benar.


Kedewasaan Rohani

Belajar untuk mengatasi penolakan dan kesalahpahaman sama seperti Tuhan, yang berdoa untuk pengampunan orang-orang yang menganiaya-Nya, sangatlah penting bila kita ingin berjalan dalam Roh, otoritas rohani, atau pelayanan yang benar.
Kalau kita ingin menyelesaikan tujuan Allah, kita perlu mencapai taraf kedewasaan di mana “Kasih Kristus yang menguasai kami” (2 Korintus 5:14). Kasih tidak mengingat-ingat kesalahan yang harus ditanggungnya dan tidak dimotivasi oleh penolakan, yang akan mendorong kita untuk membalas dendam atau berusaha membuktikan diri sendiri, dan mengakibatkan kita menyimpang dari otoritas yang benar.


Meninggikan Diri Sendiri, Lalu Mendewakan Diri Sendiri

Penonjolan karunia seseorang secara berlebihan-lebihan adalah suatu tanda yang jelas akan adanya masalah lain yang merusak dalam pelayanan orang itu, sekalipun karuniannya itu memang benar-benar nyata. Nabi yang mengangkat dirinya sendiri biasanya akan berakhir dengan melintas batas antara nubuat dan ramalan. Wahyu yang benar dinyatakan kepada orang-orang yang berserah dan tunduk kepada Tuhan, bukan kepada orang yang bergumul untuk mendapatkannya.
Pengalaman profetis bukanlah tanda kedewasaan atau pentingnya seseorang. Nabi yang dewasa akan lebih banyak mengejar suatu hubungan dan keintiman dengan Tuhan daripada pengalaman profetis. Orang-orang yang bergumul untuk mendapatkan pengalaman profetis bisa jadi berhasil mendapatkannya, namun dari sumber yang salah. Wahyu akan dinyatakan kepada nabi yang benar tanpa perlu pergumulan. Pohon apel tidak pernah mencemaskan berapa banyak apel yang akan dihasilkannya setiap hari; kalau dia benar-benar pohon apel, apelnya pasti akan bermunculan.
Akan tetapi, kita juga harus membedakan antara mengejar dan bergumul. Tidak salah kalau kita mengejar karunia Roh, namun bukan berarti kita harus bergumul untuk mendapatkannya. Orang yang benar-benar mengejar sesuatu akan damai dan tenang, tidak gelisah. Saya berdoa selama 25 tahun agar diangkat ke langit ketiga seperti Paulus sebelum saya mulai mengalami hal-hal yang hampir setaraf dengan itu. Melalui iman dan kesabaranlah kita akan menerima janji-janji (lihat Ibrani 6:12). Iman yang sejati diperlihatkan dengan kesabaran. Iman mengejar, namun juga tenang dan percaya akan hikmat Allah. (bersambung)

                Setiap pengaruh yang kita dapatkan melalui pengangkatan diri suatu saat nanti akan menjadi jerat bagi kita. Seluruh uang atau sumber daya lain yang kita kumpulkan melalui pengangkatan diri benar-benar akan menjadi batu sandungan bagi perjalanan pelayanan yang telah ditetapkan bagi kita.

                Apa pun yang diperoleh dengan pergumulan dan pengangkatan diri harus dipertahankan pula dengan pergumulan, sehingga menghambat kita untuk berjalan di tempat yang telah ditetapkan Allah bagi kita. Belum lagi kalau ada orang yang cukup naif sehingga mau mengikuti kita, ia pun akan disesatkan. Manipulasi dan eksploitasi emosi adalah musuh yang mematikan, bukan hanya bagi pelayanan profetis, melainkan juga bagi semua pelayanan yang benar. Setiap orang yang memahami pelayanan dan otoritas rohani yang benar tidak akan menginginkan sekeping pun pengaruh yang tidak diberikan oleh Allah kepada mereka.

Takut Kepada Manusia, Membawa pada Sihir

                Raja Saul adalah contoh yang bagus tentang bagaimana seseorang dengan pelayanan dan urapan  yang benar dari Allah dapat jatuh ke dalam otoritas rohani yang palsu atau sihir ini. Sewaktu ia diperintahkan untuk menunggu Samuel sebelum mempersembahkan korban, ia menyerah pada tekanan dan mempersembahkan korban itu sebelum waktunya. Ia berkata, “Karena aku melihat rakyat itu berserak-serak meninggalkan aku … padahal orang Filistin telah berkumpul” (1 Samuel 13:11). Pada situasi seperti inilah banyak orang yang terjatuh menyimpang dari jalan yang benar; ketika kita lebih takut kepada manusia atau keadaan daripada takut kepada Allah, kita pun akan berjalan menyimpang dari otoritas yang benar. Sewaktu kita mulai takut bahwa manusia akan meninggalkan kita lebih daripada ketakutan bahwa Allah akan meninggalkan kita, kita telah menyimpang dari iman yang benar.

Melampaui Batas

                Patut dicatat bahwa Saul melanggar dengan mempersembahkan korban kepada Allah, padahal sebenarnya ia tidak memenuhi syarat untuk mempersembahkannya. Saul berasal dari suku Benyamin, bukan Lewi. Seperti itulah biasanya cara sihir mendorong kita terjatuh, yaitu dengan membujuk kita untuk melampaui wilayah otoritas yang telah ditetapkan bagi kita. Paulus menjelaskan bahwa ia tidak akan lancang pergi melampaui wilayah otoritas yang telah ditetapkan untuk dijangkaunya, yaitu sejauh Korintus. Ini adalah batas geografis yang telah ditetapkan Allah baginya pada saat itu, yang nantinya diubah, namun Paulus berhati-hati untuk tidak menyeberanginya. Sewaktu kita melampaui apa yang telah ditetapkan Allah untuk kita lakukan, kita pun melampaui anugerah-Nya, dan dengan demikian kita menjadi mangsa empuk bagi musuh. Bila iblis tidak dapat menghentikan Anda, ia akan berusaha mendorong Anda bergerak terlalu jauh.

                Seperti itulah kejatuhan yang dialami oleh sejumlah “pelayanan besar” selama tahun 1980-an, begitu pula dengan banyaknya kejatuhan pelayanan kecil yang berusaha menandingi pelayanan besar. Ini tak ayal merupakan konsekuensi dari sejumlah konsep iman menyimpang yang banyak diajarkan pada saat itu. Iman yang sejati tidak selalu harus diperlihatkan dengan menjadi lebih besar dan lebik baik, tetapi kadang-kadang bahkan dengan menyerahkan apa yang dijanjikan Allah, seperti yang dengan rela dilakukan Abraham sewaktu mempersembahkan Ishak.

                Bila Anda dipanggil untuk memimpin 500 orang, mungkin dapat saja Anda meningkatkan kehadiran gereja Anda melalui promosi dan kewiraniagaan yang baik, namun sekalipun gereja Anda bertumbuh sampai 5.000 orang, akan tiba saatnya perpecahan gereja membawa Anda kembali ke tempat yang sesuai dengan urapan Anda. Akan tiba harinya sewaktu kekuatan jiwa tidak akan sanggup menompang pekerjaan melampaui anugerah yang telah ditetapkan bagi Anda. Satu-satunya cara Anda dapat menompangnya melampaui anugerah tersebut adalah dengan menjadi, setidaknya sampai taraf tertentu, sebuah aliran sesat.

                Orang yang benar-benar memahami otoritas rohani  juga akan memiliki pemahaman yang mendalam tentang anugerah Allah. Ketakutan terbesar mereka adalah meninggalkan tempat yang penuh dengan anugerah-Nya. Yakobus dan Petrus memahami hal ini, sehingga keduanya menekankan bahwa “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati” (Yakobus 4:6, lihat juga 1 Petrus 5:5). Kecongkakanlah yang mendorong kita untuk melangkah lebih jauh daripada yang telah ditetapkan Allah bagi kita. Bentuk tertinggi kesombongan ini adalah, “Aku harus menyelamatkan mentalitas dunia ini.” Kita mungkin merasakan belas kasihan yang nyata sewaktu kita berusaha untuk menanggapi setiap kebutuhan manusia, namun paling jauh itu hanyalah belas kasihan manusiawi, dan hal itu telah menyimpangkan kita dari usaha untuk melakukan sesuatu yang Tuhan Yesus pun tidak pernah melakukannya.

Perangkap Maut

                Karena sihir pada dasarnya berakar dalam takut akan manusia, dan “Takut kepada orang mendatangkan jerat” (Amsal 29:25), orang-orang yang mulai bergerak  dalam sihir pun terperangkap-ketakutan adalah jerat. Semakin besar proyek atau pelayanan yang kita bangun dengan kekuatan jiwa, manipulasi, dan kontrol, semakin besar ketakutan kita terhadap sesuatu atau seseorang yang tidak dapat kita manipulasi atau kita kontrol. Orang-orang yang terjerat ke dalam perangkap maut ini paling ketakutan terhadap mereka yang berjalan di dalam urapan dan otoritas yang benar, karena  orang-orang  itu paling tidak terpengaruh oleh roh manipulasi atau kontrol.

                Itulah sebabnya, Saul murka kepada Daud dan mati-matian hendak menghabisinya, meskipun Daud pada saat itu hanyalah “seekor lalat”. Begitu manipulasi dan kontrol menguasai hati kita, hal itu akan dibarengi pula oleh kegilaan. Orang-orang yang telah terjerat ke dalam perangkap maut ini menjadi kehilangan akal dan mati-matian berusaha menyingkirkan atau menghancurkan siapa saja yang mengancam kontrol mereka.

                Orang-orang yang menerima otoritas, pengakuan, atau keamanan mereka dari manusia akan, seperti Saul, berakhir di rumah tukang sihir. Itulah sebabnya, Samuel memperingatkan Saul bahwa “pendurhakaan adalah sama seperti dosa sihir” (1 Samuel 15:23). Bila orang yang memegang otoritas rohani durhaka terhadap Roh Kudus, kekosongan di dalam dirinya akan diisi oleh otoritas rohani palsu berupa sihir.

                Hal ini bisa jadi dimulai hanya dengan ketergantungan pada kekuatan jiwa, namun bila tanpa pertobatan hal ini akan berakhir menjadi bentuk kecongkakan dan pemberontakan yang paling keji, seperti yang kita jumpai dalam kasus Raja Saul. Saul membunuh imam-imam yang benar, menganiaya orang-orang yang hatinya benar-benar tertuju kepada Allah. Dan menghabiskan malam terakhirnya di rumah seorang tukang sihir. Sebuah konsekuensi yang sudah sewajarnya untuk jalan hidup yang telah dipilihnya.

                Pelayanan dengan otoritas rohani adalah posisi yang berbahaya. Bila kita bijaksana, seperti Daud, kita tidak akan mengejar posisi otoritas, dan kita akan menerima satu pun yang ditawarkan sebelum kita yakin bahwa Tuhanlah yang menawarkannya. Iblis mencobai setiap orang yang dipanggil oleh Allah dengan pencobaan seperti yang ditawarkannya kepadaYesus; kalau kita mau sujud menyembah dia dan mengikuti jalan-jalannya, ia akan memberikan kepada kita otoritas atas kerajaan-kerajaan. Allah telah memanggil kita untuk berkuasa atas kerajaan-kerajaan juga, namun jalan-Nya menuju ke kayu salib dan otoritas itu hanya dapat diperoleh kalau kita menjadi hamba bagi semua orang. Iblis  mencobai dengan menawarkan jalan yang cepat dan mudah untuk mencapai sesuatu yang sebenarnya memang sudah disiapkan Allah bagi kita.

Tanggung Jawab Otoritas yang Benar

                Salah satu ungkapan yang paling sering digunakan pada Daud adalah “ia bertanya kepada Tuhan”. Dalam beberapa peristiwa, ketika ia mengambil keputusan tanpa bertanya kepada Tuhan, konsekuensinya sangat parah. Tidak hanya Daud yang menanggung akibat kelancangan ini, namun juga orang-orang yang dipimpinnya. Semakin tinggi posisi otoritas, semakin berbahaya posisi itu dan semakin banyak pula orang yang akan terpengaruh oleh keputusan yang dibuatnya, yang tampaknya tidak berarti sekalipun.

                Sewaktu Adam jatuh ke dalam dosa, miliaran jiwa harus menderita. Otoritas selalu disertai dengan pertanggungjawaban yang sesungguhnya. Hanya jiwa yang paling kejam dan bobroklah yang menginginkan otoritas untuk alasan-alasan egois. Otoritas rohani yang benar bukanlah kehormatan yang harus dicari, melainkan suatu beban yang harus dipikul. Banyak orang yang mencari otoritas dan pengaruh tidak mengerti apa sebenarnya yang mereka minta, dan bahwa ketidakdewasan mereka dapat menjadi laknat bila otoritas itu diberikan sebelum waktunya.

                Meskipun Daud hidup ribuan tahun sebelum masa anugerah, ia bisa jadi memahami anugerah sebaik orang yang hidup pada zaman ini. Betapa-pun, ia melakukan kesalahan yang menelan ribuan nyawa. Barangkali karena Salomo mengamati ayahnya, maka satu hal yang diinginkannya adalah hikmat untuk memerintah atas umat Allah. Setiap orang yang dipanggil untuk menduduki posisi otoritas dalam gereja harus memiliki sikap serupa itu. Bahkan, sekalipun kita tidak berada pada posisi yang memiliki otoritas,kelancangan dapat membunuh kita. Bila kita berada pada posisi itu, hampir dapat dipastikan bahwa hal itu akan menyeret kita ke dalam kejatuhan, dan sekaligus menyeret banyak orang lain juga.

                Karunia kata-kata pengetahuan dapat merupakan pernyataan kuasa yang menakjubkan, dan memang mendatangkan kegairahan yang sangat luar biasa, namun orang yang dipanggil untuk berjalan dalam otoritas rohani akan lebih berupaya untuk mendapatkan karunia kata-kata hikmat daripada kata-kata pengetahuan. Kita memerlukan kuasa kata-kata pengetahuan untuk menyelesaikan pekerjaan Tuhan, namun kita harus memiliki hikmat untuk menggunakan kuasa itu secara benar.

Jaring Pengaman

                Orang  yang ditinggikan sebelum memiliki kerendahan hati pasti akan jatuh, karena “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati” (Yakobus 4:6). Karena itu, kalau  kita berhikmat, kita justru akan mencari kerendahan hati sebelum mendapatkan posisi. Otoristas yang benar bekerja berdasarkan anugerah  Allah, dan semakin besar otoritas yang kita pegang, semakin besar pula anugerah  yang kita perlukan.

                Kita hanya memiliki otoritas rohani yang benar sejalan dengan keberadaan Sang Raja dalam diri kita. Otoritas rohani yang benar bukanlah suatu posisi, melainkan suatu anugerah. Otoritas rohani yang palsu bersandar pada posisi, bukannya pada anugerah. Pemegang otoritas rohani tertinggi, yaitu Yesus, menggunakan posisi-Nya untuk menyerahkan hidup-Nya. Ia memerintahkan orang-orang yang mau mengikuti-Nya untuk memikul salib mereka dan melakukan hal yang sama.

Ada hal sederhana yang membedakan antara pelayanan yang benar dan yang palsu: pelayanan  yang palsu menggunakan karunia dan orang lain demi keuntungan diri sendiri; pelayanan yang benar menggunakan karunia dan menyerahkan diri mereka bagi orang banyak. sekali lagi, sikap mementingkan diri sendiri, mengangkat diri sendiri, dan mempertahankan diri sendiri adalah daya yang paling merusak bagi pelayanan yang benar. Sekalipun kita telah diurapi oleh Allah seperti Raja Saul, kita juga dapat terjebak ke dalam sihir bila hal-hal tersebut menguasai kita.
 
 
   
 
   
Blog, Updated at: 4:15 PM

0 komentar:

Posting Komentar

Mohon TIDAK menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang tidak memuliakan nama Tuhan. Terima kasih atas perhatiannya. Salam Revival!

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.