Oleh Peter B
KUTIPAN HARI INI :
Kita tidak boleh menyebut seseorang sebagai gembala hanya karena mereka memiliki gelar dalam pelayanan pastoral, atau karena mereka peduli pada orang lain, atau merupakan seorang konselor yang baik.
Sebaliknya, kita harus mengenali mereka sebagai pengemban pelayanan tersebut saat kita dapat melihat Gembala kita di dalam mereka. Demikian pula, kita harus tahu bahwa seseorang adalah seorang guru ketika kita mendengar Guru Agung kita ada di dalam dirinya. Sama halnya dengan semua karunia dan pelayanan lainnya—kita mencari Kristus di dalam pelayanan-pelayanan itu
~ Rick Joyner
Salah satu miskonsepsi yang fatal hari² ini adalah mengenai bagaimana kita memandang dan menyebut seseorang sebagai hamba Tuhan, gembala sidang, penginjil, guru atau pemimpin rohani. Di Indonesia, salah satu yang keadaannya paling parah. Hanya bermodal tampilan agamis, kemudian ada massa yang mengikutinya dan fasih berkata² di bidang keagamaan maka ssseorang tak menunggu lama disebut atau diberitakan sebagai seorang pemimpin rohani.
Dalam Kristen atau gereja, tidak jauh berbeda. Kefasihan berbicara atau berkhotbah menjadi sesuatu yang memikat dan mempengaruhi jemaat (terlepas dari kebenaran atau kemurnian pesan firman yang disampaikannya). Begitu pula dengan membuka gereja atau ibadah, seseorang bisa menyebut dirinya sebagai pendeta atau gembala. Serupa dengan itu, lulusan sekolah Alkitab merasa sah menyebut dirinya hamba Tuhan atau pemimpin jemaat. Serupa pula dengan mereka yang sering membaptis orang dan memenangkan jiwa dalam KKR merasa pantas disebut sebagai penginjil.
Semuanya bisa saja demikian. Meskipun begitu, kita seharusnya memahami standar yang benar. Patokan dan teladan kita adalah Kristus sendiri. Sebagaimana dinyatakan oleh Rick Joyner, harus tampak dan nyata Karakter dan Sifat pelayanan Kristus yang nyata dari pelayanan seseorang.
Itu berarti jika seseorang mengatakan dirinya adalah seorang gembala, maka kita semestinya melihat Kristus sebagai Gembala dalam hidupnya. Kita merasakan roh Kristus sebagai gembala, yang peduli, telaten, penuh kasih, sabar dan tanpa pamrih berjerih lelah mengurus domba² Tuhan yang memerlukan perawatan dan pertumbuhan.
Begitu juga jika seorang pendeta disebut sebagai guru, maka ia harus menunjukkan bagaimana seharusnya Kristus mengajar, yaitu di dalam kemurnian, kebenaran, tanpa kompromi, jelas serta dipenuhi kuasa Allah sehingga setiap pengajarannya membawa yang mendengar makin mengenal dan rindu lebih dekat pada Kristus, lebih dari sekedar mengisi otak dengan pengetahuan theologia semata.
Begitu pula jika seseorang dikenal sebagai hamba Tuhan, maka seharusnya roh Kristus juga nyata ditampilkan dalam hidupnya. Yaitu suatu roh kerendahan hati, yang tidak mencari pujian dan hormat atau pengakuan dari manusia tetapi dari Tuhan. Yang melayani dalam kerelaan dan kesungguhan karena rindu menunaikan tugas dan panggilan ilahi daripada sekedar mencari hubungan² yang menguntungkan dengan jemaat atau banyak orang.
Roh kita harus dibiasakan menguji segala sesuatu dengan pertolongan Roh Kudus yang diam di dalam kita. Roh Kudus, jika kita benar² rindu memperoleh pimpinan-Nya, akan menuntun kita MENGENALI YESUS dalam setiap mereka yang mengaku sebagai pelayan Yesus, sebab Roh Kudus senantiasa menuntun pada Kristus.
Mengenali Kristus menjadi penting sebab kita dipanggil UNTUK MENGIKUT DIA SECARA PRIBADI. Hanya dengan mengenali dan "melijat" Kristus saja maka kita akhirnya dapat mengikuti Doa membawa dan memimpin kita ke langkah selanjutnya.
Sebaliknya kegagalan mengenali Kristus, telah menyebabkan tidak terhitung banyaknya orang Kristen yang disesatkan, dikecewakan karena terbukti "ditipu" oleh pemimpin rohaninya. Mereka mengikuti seseorang yang pandai atau fasih berkhotbah, dengan pelayanan yang tampak megah dan mentereng dengan segala promosi dan catatan keberhasilannya, hanya untuk kemudian mengalami kemandegan rohani, tak pernah mengenal Kristus lebih jauh dan menjadi murid sejati.
Mereka dibawa oleh para pendeta dan pemimpin rohani itu pada pengetahuan² rohani tapi bukan pada pertemuan dan keintiman pribadi dengan Tuhan sendiri. Akibatnya hingga kini, sedikit sekali ditemukan murid sejati.
Simpatisan, pendukung fanatik, jemaat yang rajin hingga aktivis gereja dan pelayanan bisa saja banyak didapati. Tetapi orang yang rela menjadi murid, membayar harga menjadi pengikut Kristus serta berkomitmen mengiring Kristus kemanapun Ia pergi, berapa banyakkah itu?
Kita seharusnya mengikuti Kristus setelah mengennal Dia ada dalam diri pemimpin rohani atau hamba Tuhan yang mendidik kita atau di gereja di mana Roh Kristus hadir, nyata, dan beracara di dalamnya. Di luar itu, kita hanya akan menjadi pendukung² buta bagi orang, organisasi, gereja atau kegerakan yang membawa kita pada apa yang bukan hendak Tuhan kerjakan.
Tuhan memberkati kita semua…
0 komentar:
Posting Komentar
Mohon TIDAK menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang tidak memuliakan nama Tuhan. Terima kasih atas perhatiannya. Salam Revival!
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.