KOMUNITAS PERSATUAN INTERDENOMINASI GEREJA YANG MEMPERJUANGKAN TERJADINYA KEBANGUNAN ROHANI

INGAT TUHAN HANYA KETIKA SUSAH?

Posted By passion for revival on Senin, 15 Oktober 2018 | 9:00 AM




Menyaksikan rekaman video bencana gempa dan tsunami di Palu dan sekitarnya akhir-akhir ini, kita dapat merasakan betapa besar kengerian yang dialami para saksi mata yang melihat dan mengalami secara langsung peristiwa tersebut.
Dalam kepanikan dan cenkeraman ketakutan, hampir semua yang merekam peristiwa itu menyebut-nyebut dan memanggil-manggil nama Tuhan yang mereka sembah selama ini. Dan ini bukan sesuatu yang aneh. Mengalami secara langsung bagaimana alam ciptaan Tuhan mengamuk dan memporak porandakan manusia dan benda-benda buatannya, orang akan merasa betapa kecilnya ia di hadapan Sang Pencipta Alam Semesta.
Pada sisi lain, dalam keadaan antara hidup dan mati yang sangat mendesak, manusia mungkin akhirnya sampai pada titik kesadaran bahwa ia memerlukan sesuatu yang lebih besar daripada apapun yang dapat diandalkannya sebelumnya. Hampir selalu dalam keadaan tertekan dan jalan buntu, manusia selalu kembali ingat akan Tuhan.

Pada dasarnya, bukan sesuatu yang salah untuk datang dan berseru pada Tuhan pada saat mengalami kesesakan atau terhimpit beban hidup.  Allah kita adalah Allah yang menyatakan diri sebagai penolong, pembela, penyedia, penjaga, penyembuh, juga yang memberkati, yang mencukupi, yang memelihara. Ia pun memanggil setiap mereka yang letih lesu dan berbeban berat datang kepada-Nya, supaya Ia dapat memberikan mereka kelegaan serta kekuatan yang baru (Matius 11:28; Yesaya 40:31). Dan sebagai penolong dalam kesesakan, Ia sudah sangat terbukti (Mazmur 46:1).

Yang perlu kita pertanyakan dan renungkan lebih lagi terkait sifat manusiawi kita ialah ketika kita HANYA datang kepada Tuhan di saat kita memerlukan sesuatu atau membutuhkan pertolongan dari-Nya. Maksudnya, apabila kita hanya ingat kepada-Nya di kala keadaan susah penuh permasalahan namun melupakan Dia ketika hidup kita lancar dan terasa baik-baik saja.
Mari memeriksa hidup kita. Di hari-hari kita terasa baik, beruntung, mujur dimana senyum dan tawa tersungging di bibir kita -apakah kita mengingat Tuhan? Ingatkah kita untuk menyebut nama-Nya? Mengingat-ingat bahwa semua kebahagiaan yang kita rasakan berasal dari-Nya? Sempatkah bibir kita memuliakan nama-Nya, mengucap syukur dan menyaksikan cinta-Nya kepada yang lain?

Kebanyakan orang tidak begitu. Hanya satu dari sepuluh kusta yang kembali dan mengucap terima kasih pada Yesus. Sembilan yang lain melupakan Tuhan ketika hidup mereka telah normal kembali.

Ini tak terkecuali terjadi atas mereka yang menyebut diri sebagai anak-anak Tuhan sekalipun. Masih sering kita melihat orang berdoa, berpuasa, datang beribadah, rajin menyembah dan memuji Tuhan bahkan aktif di gereja bahkan membuat Nazar hanya ketika mereka sedang membutuhkan sesuatu berkat atau supaya mereka segera terbebas dari penderitaan hidup. Selebihnya, mereka kembali lupa kepada Tuhan dan larut dalam kesenangan dan kenyamanan hidup mereka sendiri. Menjalani dan menikmati hidup seolah-olah Tuhan tak lagi penting atau bahkan tidak ada.

Beberapa kali, berkat kemajuan media sosial saat ini, saya terhubung kembali dengan teman-teman lama. Ada teman-teman sekolah dulu. Ada juga kenalan-kenalan yang telah lama tidak tahu kabarnya. Beberapa di antara mereka menghubungi saya secara pribadi. Meski semula mengejutkan karena apa yang mereka sampaikan, setelah beberapa kali, saya menjadi lebih terbiasa. Yaitu motif mereka menghubungi saya secara pribadi adalah karena butuh pertolongan, khususnya dalam bidang keuangan. Sebagian yang lain karena ingin memasarkan produk (biasanya asuransi) yang dijualnya. Ada pula yang menghubungi pribadi meski baru kenal di media sosial dengan tujuan yang sama.  Seringkali, tanpa repot-repot menanyakan kabar saya, keadaan saya atau keluarga saya, mereka tanpa terlalu sungkan menyampaikan kehidupan mereka sekarang bersama permasalahannya. Lalu menutupnya dengan permintaan meminjam uang atau mendapat bantuan dana. Hampir selalu kemudian saya sampaikan bahwa saya sekarang ini hidup dengan iman sebagai hamba Tuhan. Itu sebabnya dari keuangan bukan merupakan berkat yang bisa saya bagikan secara luas bagi mereka yang membutuhkan bantuan dana.  Dijawab demikian, putus dan berakhirlah sudah kontak dengan teman atau kenalan tersebut.

Setelah itu, saya biasanya melihat ke hati saya sendiri dan memeriksa apa yang saya rasakan. Perasaan apa yang muncul di batin saya saat memperoleh pengalaman sedemikian. Jujur saja, saya merasa kecewa. Rasa senang karena kembali kontak dengan teman lama serta kenangan akan saat-saat yang lalu lenyap tidak lama setelah hati terasa kecewa karena kenyataan bahwa saya hanya dihubungi ketika mereka butuh sesuatu. Dan jika saya tidak dapat membantu memenuhi kebutuhan itu, saya pun ditinggalkan dan bukan siapa-siapa bagi mereka.

Saya yakin perasaan yang sama dialami oleh orang tua yang hanya didatangi anaknya karena perlu sesuatu dari mereka. Jika tidak ada keperluan seperti minta uang saku atau lainnya, sang anak tidak pernah menanyakan kabar orang tuanya, tak mau peduli keadaan ayah bundanya, acuh tak acuh ketika ia diminta memberikan bantuan bagi mereka.  Tentu orang tua yang mengerti ukuran yang benar akan gelisah mengetahui yang demikian. Wajar meminta sesuatu pada orang tua. Tapi pasti ada yang salah jika mencari orang tua hanya pada saat butuh tanpa peduli dengan apapun yang ada di pikiran dan di hati orang tua.

Firman Tuhan memerintahkan kita untuk:
"Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu, sebelum tiba hari-hari yang malang dan mendekat tahun-tahun yang kaukatakan: "Tak ada kesenangan bagiku di dalamnya!" (Pengkhotbah 12:1)

Dan nats di atas berlanjut dengan ayat-ayat selanjutnya yang menggambarkan supaya tidak mengingat Tuhan ketika tiba masa-masa yang kelam, sukar, gelap dan berat.
Itu menjelaskan mengapa masa muda adalah masa yang paling tepat bagi seseorang untuk mengingat dan mengenal Tuhan, memiliki hubungan dengan Dia. Itu karena masa muda adalah masa terbaik, dimana keadaan seseorang masih segar dan sehat -suatu masa dimana Tuhan berkenan dan senang untuk diingat dan dihubungi, untuk didekati demi suatu persahabatan dengan-Nya. Tuhan ingin diingat bukan hanya pada saat kita sedang bermasalah. Ia ingin dihubungi karena kita terpesona dengan pribadi-Nya dan rindu selalu memiliki hubungan dengan Dia.

Mengingat seseorang hanya di kala susah, bukan hanya menjadikan yang diingat dan dicari menjadi enggan dan kecewa karena merasa dimanfaatkan saja. Mencari Tuhan hanya pada waktu butuh sesuatu dari-Nya pada dasarnya berpotensi juga melemahkan iman kita. Lebih-lebih jika kemudian kita tidak mendapatkan apa yang kita harapkan itu dari Tuhan. Hubungan kita akan semakin renggang saat kita menghubungi Tuhan sebagai sikap coba-coba dalam mencari pertolongan dari Tuhan, dimana Tuhan kita posisikan sebagai salah satu alternatif solusi yang siapa tahu bisa menolong kita.
Jika persoalan kita dijawab, tanpa hati yang memang sungguh mencari Tuhan dan tahu berterima kasih seperti pada umumnya manusia, kita segera akan lupa kebaikan Tuhan. Sebaliknya, jika kita tidak menerima jawaban, kita segera mencari solusi lain dan melupakan Tuhan sama sekali.
Ini seperti kutipan dari John Piper yang baru-baru ini kita baca: "Anda harus menjaga dan memelihara kepercayaan Anda ketika Anda tidak berada dalam krisis. Jika kita menunggu sampai krisis melanda, kita tidak akan memiliki sumber daya atau kedalaman yang diperlukan untuk mempertahankan iman dengan baik"

Hanya yang berpengalaman dengan Tuhan menghadapi singa dan beruanglah yang akan yakin raksasa Goliat akan tumbang pula di hadapan Tuhan!

Ya. Kita harus berjalan bersama Tuhan setiap hari. Saat ada keperluan maupun tidak. Saat terdesak ataupun tanpa tekanan. Dari semua pengalaman itu, kita akan mengenal Dia dan merasakan pengalaman berjalan bersama-sama dengan Dia. Belajar mengandalkan Dia dalam hal-hal kecil. Waktu demi waktu merasakan betapa Tuhan mengasihi, memperhatikan, dan senantiasa ada bersama kita. Dari sana kita akan dengan mudah percaya bahwa Ia pasti akan menjaga kita dalam situasi-situasi yang lain, yang lebih berat dan menekan sebab kita tahu siapa yang kita andalkan. Sama seperti seorang pembalap yang tahu benar kendaraan yang ia tumpangi atau pemain akrobat yang yakin bahwa tali yang dipijaknya atau yang menjadi pegangan ia bergelantungan dapat menahan beban tubuhnya -terlebih lagi seseorang yang telah terbiasa dan melatih otot-otot rohaninya mencari dan berjalan dengan Tuhan setiap hari. Pada saat-saat yang sukar, Ia akan mudah kita temui karena kita tahu dimana dan bagaimana menemui Dia. Dan kita pun tidak malu atau menjadi takut meminta pertolongan-Nya, melainkan dengan kayakinan dan keberanian kita datang oleh sebab kita adalah sahabat-sahabat dan keluarga-Nya. Pastilah Ia dengan senang hati menolong kita sebab kita bukan orang asing bagi-Nya, tetapi orang-orang yang memang mencintai-Nya dan berada di pihak-Nya. Keyakinan diri yang semacam itu sulit dimiliki mereka yang memang sejak semula jarang berjalan dengan Tuhan secara pribadi.

Mulai hari ini, carilah Tuhan DI SEGALA WAKTU DAN DI SEGALA MUSIM KEHIDUPAN. Meski Ia dengan senang hati menolong orang yang berseru dan berlari kepada-Nya, Tuhan jauh lebih menghargai mereka yang tidak mengingat Dia hanya ketika perlu. Tidak akan ditahan-Nya kebaikan, pertolongan dan berkat-Nya bagi orang-orang yang mencari Dia karena mengasihinya. Bukan hanya mengadakan hubungan dengan Dia ketika memerlukan pertolongan.

Sebab TUHAN Allah adalah matahari dan perisai; kasih dan kemuliaan Ia berikan; Ia tidak menahan kebaikan dari orang yang hidup tidak bercela.
Ya TUHAN semesta alam, berbahagialah manusia yang percaya kepada-Mu! (Mazmur 84:12-13)

Ingatlah akan Tuhan, jalinlah hubungan karib dengan Dia  bukan karena berkat-berkat yang Anda butuhkan dan yang Ia bisa berikan. Anda harus mencari Dia karena Dialah yang telah mengasihi Anda dan kini menjadi yang terkasih di hati Anda. Dia harus menjadi alasan dan arti bagi hidup Anda. Carilah Dia dan jangan pernah lepaskan. Sebab tanpa Dia, Anda bukan siapa-siapa dan tidak dapat berbuat apa-apa.

Panggil nama-Nya sesering yang dapat Anda lakukan. Katakan bahwa Anda mengasihi Dia dan rindu mengenal lebih lagi akan Dia.

Maka Ia pasti menggenapi janji-Nya:

Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu (Matius 6:33)

"Sungguh, hatinya melekat kepada-Ku, maka Aku akan meluputkannya, Aku akan membentenginya, sebab ia mengenal nama-Ku.
Bila ia berseru kepada-Ku, Aku akan menjawab, Aku akan menyertai dia dalam kesesakan, Aku akan meluputkannya dan memuliakannya" (Mazmur 91:14-15)

Tuhan memberkati setiap kita yang melakukan petunjuk dan perintah-Nya!

Dalam terang Firman-Nya,
Peter B
Hamba sahaya di ladang Tuhan


 
 
   
 
   
Blog, Updated at: 9:00 AM

1 komentar:

  1. Amen... Puji Tuhan.
    Terima kasih Tuhan buat FirmanMU yg menguatkan Iman kami untuk selalu Ingat namamu....🙏🙏

    BalasHapus

Mohon TIDAK menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang tidak memuliakan nama Tuhan. Terima kasih atas perhatiannya. Salam Revival!

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.