Oleh: Bpk. Peter B. K.
Video di bawah ini adalah cuplikan dari salah satu segmen dari acara Mata Najwa dengan thema PUISI UNTUK NEGERI . Dipostingkan dalam posisi saya sebagai simpatisan dan pendukung Ahok. Meski demikian, saya belajar menjadi pendukung yang tidak buta, yang disilaukan oleh kehebatan dan kepribadian pemimpin yang didukungnya.
Dari ratusan rekaman video Basuki Tjahaja Purnama (termasuk video ini), kita dapat melihat banyak persamaan sikap Ahok yang memang selalu tampil apa adanya. Karakter aslinya terpancar dalam setiap penampilannya di depan umum. Dan karena itulah kita semestinya mendapat bahan yang cukup untuk menilai kepribadian dan kesiapannya sebagai pemimpin bangsa.
Dalam banyak kesempatan, tidak perlu diragukan bahwa Ahok adalah seorang yang:
- apa adanya dan bisa dibilang tidak suka bersikap munafik
- tidak peduli akan citra dirinya dan karenanya jarang melakukan pencitraan
- tulus hati, tidak banyak menyembunyikan sesuatu
- pejabat yang cakap dan mumpuni dalam pekerjaannya
- transparan dan terbuka
- bersedia merendahkan diri dan mengakui kesalahannya
- cepat respon dan tanggap dengan kondisi masyarakat yang dipimpinnya
Pada sisi yang lain, semestinya kita juga melihat bahwa beliau memiliki kekurangan:
- kurang mampu menjaga perkataannya
- sering menjadi terlalu emosi sehingga sikapnya kurang terkontrol
- keras kepala dan cenderung otoriter
- dalam beberapa karakter sebagai pemimpin bangsa yang diakui sebagai salah satu bangsa yang paling santun di dunia, Ahok belum mencerminkan karakter yang serupa dengan itu
Dari cuplikan video di bawah ini, jelas terlihat Ahok lebih tulus daripada Anies (untuk melihat reaksi Anies, tonton video panjangnya di link yang sudah diposting di atas)
Sayangnya, ketulusan dan keterbukaan Ahok membuka kekurangannya sebagai pemimpin, yang mana itu pula yang kemudian sering dijadikan celah untuk menjatuhkannya.
Pernyataannya di menit 01:00 dan menit 02:05 menunjukkan betapa beliau masih kurang memperhatikan APA YANG PERLU, PENTING dan ESENSIAL sebagai seorang pemimpin yang dilihat, diikuti, ditiru dan diteladani banyak orang. Kebiasaan yang belum diubahkan itulah yang akhirnya menjadi jerat dalam kepemimpinannya.
Itulah pula yang menjelaskan mengapa dalam berbagai survey di antara warga DKI ada suatu anomali yang tidak wajar. Tingkat kepuasan publik atas kinerja seorang pemimpin nyatanya tidak sebanding dengan tingkat elektabilitas (keterpilihan)nya dimana seharusnya tidak demikian pada umumnya. Itu menunjukkan bahwa banyak yang puas dengan kinerja Ahok tetapi tidak terlalu banyak yang menyukainya sebagai pribadi. Bisa karena faktor agama atau suku namun bisa juga karena kepribadiannya yang dipandang tidak menyenangkan di hati yang dipimpinnya. Budaya masyarakat Indonesia yang tidak menyukai konfrontasi langsung namun mencari pendekatan humanis dan ramah perlahan selalu beranjak pada figur-figur pemimpin yang tampaknya santun dan bersahabat, meskipun kualitas kerjanya patut dipertanyakan.
Meskipun tiada yang meragukan kemampuannya dalam profesinya sebagai pejabat publik, saya merasa Ahok belum sepenuhnya siap menjadi pemimpin dalam level sekarang apalagi yang lebih tinggi lagi UNTUK SAAT INI.
Jauh lebih baik, supaya tidak memperburuk citranya sebagai pribadi yang ingin terus membela diri dan sangat ambisius menginginkan jabatan, Ahok mempertimbangkan mundur dari pencalonan gubernurnya. Yang untuk saat ini itu solusi terbaik bagi semua.
#berhikmatakanmengerti
#mundurlebihbaik
#mundurtidakkalah
#mundursiapkandirilebihbaik
Menurut saya karekter seperti itulah dibutuhkan bangsa ini, kalau tegoran yang lembut tak akan mengubah indonesia karena terlena dalam kemunafilan kesantunan
BalasHapus