Hari-hari ini Indonesia lagi-lagi dihebohkan oleh berita
hoax. Hanya saja kali ini jauh lebih mengejutkan. Mengapa? Sebab hoax tersebut
tidak dibuat oleh seseorang yang tidak jelas, disampaikan diam-diam dan
tersembunyi, dan juga tak disebarkan para anonim yang memerlukan aparat
kepolisian untuk mendeteksinya.
Adalah seorang ibu bahkan nenek berusia 70 tahun berinisial
RS (yang juga seorang aktivis politik dan kemanusiaan) yang semula membuat
pengakuan secara terbuka bahwa dirinya dipukuli hingga babak belur oleh
orang-orang tak dikenal di sebuah bandara. Pernyataan ini kemudian dimanfaatkan
begitu rupa oleh kelompok politiknya (dimana bahkan salah satu capres 2019 yang
didukung ibu tsb ikut tampil dan membuat pernyataan pers). Tujuan mereka ialah
supaya isu tsb dapat menunjukkan kelemahan pemerintah yang sedang berkuasa
sekarang serta -jika perkembangan semakin menguntungkan mereka- dapat menjadi
sarana menumbuhkan kecurigaan dan merusak reputasi pemerintah yang notabene
merupakan lawan politik dalam pencalonan pemilihan presiden 2019 mendatang.
Belakangan, tidak kurang melalui pengakuannya sendiri dalam
suatu jumpa pers, ibu tsb mengakui bahwa dirinya telah berdusta dan
membuat hoax. Yang tidak disadarinya sebelumnya ialah bahwa dustanya itu
berkembang menjadi sesuatu yang dianggap fakta yang benar-benar terjadi
sehingga beramai-ramai kemudian diangkat menjadi suatu isu nasional. Maka
kebohongan awal harus diperkuat oleh kebohongan lainnya supaya tidak terungkap.
Tapi itu tidak bertahan lama. Semua kebohongan, pada waktunya akan sampai pada
titik dimana dusta itu tak mampu ditutupi lagi karena ternyata tidak ada
bukti-bukti apapun yang mendukungnya.
Pengakuan dari seorang tokoh bahwa ia berdusta dan dustanya
dipercayai sedemikian rupa sampai menimbulkan polemik dan perselisihan yang
sebenarnya tidak perlu, akhirnya membawa aib bagi kelompok tersebut. Tak
terkira malunya. Sukar bagi mereka menepis tudingan bahwa mereka tertipu dan
menggunakan berita-berita tipuan untuk tujuan-tujuan politik mereka. Mereka
terjerat oleh karena penilaian mereka yang tidak hati-hati, emosional dan
terang-terangan memanfaatkan setiap kesempatan untuk mencapai target politik
tertentu.
Alkitab mengatakan apabila kita tidak berhati-hati dan
menguji segala sesuatu, kita akan segera terjerat.
Suatu jerat bagi manusia ialah kalau ia tanpa berpikir
mengatakan "Kudus", dan baru menimbang-nimbang sesudah bernazar.
~ Amsal 20:25
Terjerat apa? Terjerat dalam kesulitan. Entah itu berbentuk
tuntutan pertanggungjawaban, entah itu situasi yang memalukan atau setidaknya
terjerat dalam kesesatan berpikir dan dalam meyakini sesuatu. Lebih lanjut,
mereka sudah pasti akan dipermalukan karena terlalu tergesa-gesa menilai dan
menyatakan sesuatu sebagai hal yang benar.
Jika sudah seperti ini, jangan biarkan Anda masuk dalam
jerat yang lebih rapat lagi dengan terus melakukan pembelaan dan pembenaran
atas hal yang terbukti keliru tersebut. Rendahkan diri Anda dan akui kesalahan
tersebut dalam pertobatan.
Mengapa Orang Berdusta?
Orang berkata bohong dan menyebarkan berita bohong karena
ia berharap melalui dusta yang ia sampaikan, tujuan-tujuannya tercapai. Entah
ia ingin menutup-nutupi sesuatu dan memperoleh citra yang baik dengan cara
menampilkan atau menyampaikan apa yang tidak benar; atau karena orang berharap
mendapatkan keuntungan bagi diri dan kelompoknya dengan menghembuskan
kebohongan tertentu. Pendeknya, ada keuntungan pribadi yang diperoleh melalui
suatu dusta.
Sayangnya, bagi yang suka berdusta, mereka tidak tahu bahwa
"lidah dusta itu hanya (bertahan) sekejap mata" (Amsal 12:19). Tuhan yang
menguasai hidup manusia pun membenci lidah dusta dan saksi dusta (Amsal
6:16,17,49; 12:22). Demikian pula nasib para pendusta pada akhirnya akan
menerima hukuman dan kebinasaan (Amsal 19:5,9).
Tidak mengherankan apabila kemudian -jika Tuhan telah
murka- para pendusta akan diijinkan menuai akibat perbuatannya dalam suatu
keadaan yang memalukan atau memilukan.
Berdusta juga berarti menyatakan (atau mengesankan) sesuatu
sebagai benar, asli, dan sungguh-sungguh terjadi padahal tidak demikian. Ini
juga berarti memanfaatkan keterbatasan, ketidaktahuan atau bahkan kebodohan
seseorang sehingga dapat menipunya.
Para pendusta bukan berasal dari Tuhan. Tuhan tidak pernah
membohongi siapapun. Ia tulus dan apa adanya. Tak ada yang disembunyikan atau
ditutup-tutupi dari pribadi-Nya. Sebaliknya, iblis adalah bapa para pendusta:
(Iblis) adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak
hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia
berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah
pendusta dan bapa segala dusta.
~ Yohanes 8:44
Mereka yang berasal dari Tuhan membenci dusta. Ini tidak
berarti mereka tidak pernah jatuh dalam perkataan dusta, tetapi mereka tidak
hidup dalam kebiasaan berdusta yang secara terus menerus menyembur-menyemburkan
kebohongan dimana-mana.
Bagi orang-orang benar (yang hidup dalam jalan kebenaran
yang ditunjukkan Tuhan) berdusta merupakan sesuatu yang wajib dijauhi,
dihindari dan terlarang. Sesuatu yang justru dilakukan kebalikannya oleh mereka
yang ingin mencapai tujuan dan mendapatkan hasil dengan cara apapun juga.
Orang benar benci kepada dusta, tetapi orang fasik
memalukan dan memburukkan diri.
~ Amsal 13:5
Orang bebal tidak layak mengucapkan kata-kata yang bagus,
apalagi orang mulia mengucapkan kata-kata dusta.
~ Amsal 17:7
Selagi kewajiban moral memandang dusta sebagai suatu
kejahatan yang bisa dihukum secara pidana (lebih-lebih yang dilakukan di
pengadilan dan d! bawah sumpah), anak-anak Tuhan memiliki ukuran yang lebih
tinggi. Mereka meyakini dan menghidupi ajaran Yesus yang memerintahkan untuk
berkata 'ya' di atas 'ya' dan 'tidak' di atas 'tidak'. Di dunia yang penuh
dusta, yang dijalankan dengan serangkaian kebohongan, diramaikan oleh
tipuan-tipuan dan yang membanggakan kemampuannya mengakali orang lain, kita
sebagai murid-murid Kristus dipanggil untuk tampil sebagai orang-orang yang
jujur dan tulus. Asli dan berintegritas. Tidak berpura-pura tetapi apa adanya
dan dapat dipercaya. Dengan cara demikianlah kita akan dibedakan dari mereka
yang berasal dari dunia ini. Dan melalui cara itulah nama Tuhan dipermuliakan
melalui hidup kita.
Kesimpulan
Jika masih banyak dari Anda yang percaya bahwa berlaku
jujur itu rugi dan hancur, ubahlah pandangan Anda. Mereka yang penuh dusta
hanya tampaknya saja beruntung. Mereka seperti sebuah perahu yang melaju cepat
di atas sebuah sungai yang deras yang seolah segera mencapai tujuan namun tidak
menyadari bahwa ada jurang menganga di depan mereka. Mereka yang berdusta pada
mulanya memperoleh keuntungan besar tetapi di waktu kemudian ia akan mengalami
kehilangan yang besar sebab ia tidak akan lagi dipercaya dan orang menolak
berhubungan dengannya.
Kejujuran akan berbuah beruntung (meskipun tidak segera
tampak hasilnya) karena bukan saja pada akhirnya itu akan dihargai sebagai
kualitas karakter yang baik dari manusia tetapi Tuhan pun berjanji memberkati
dan sedia membela orang-orang jujur karena keadilan-Nya.
Janganlah iri hati kepada orang yang melakukan kelaliman,
dan janganlah memilih satu pun dari jalannya,
karena orang yang sesat adalah kekejian bagi TUHAN,
tetapi dengan orang jujur Ia bergaul erat.
~ Amsal 3:31-32
Korban orang fasik adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi doa
orang jujur dikenan-Nya
Jalan orang fasik adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi _siapa
mengejar kebenaran, dikasihi-Nya.*
~ Amsal 15:8-9
Bergiranglah dalam persekutuan dengan Allah yang tulus dan
jujur. Nikmatilah betapa Ia mengasihi dan menerima Anda apa adanya. Lalu
tampilkanlah, bawalah diri Anda dan hiduplah sehari-hari sebagai orang yang
tulus, yang tidak perlu berdusta atau menampilkan sesuatu yang palsu demi
mencapai tujuan-tujuan Anda.
Hanya hati yang tahu benar akan gambar dirinya yang sejati
dalam Tuhan dan yang puas karena dikasihi Tuhan (sehingga tidak perlu
memalsukan dirinya di hadapan orang supaya diterima dan diakui) dan yang
menaruh harap sepenuhnya pada pada Tuhan (sehingga percaya bagian berkatnya
telah ditentukan Tuhan) - ya hanya mereka yang tidak mencari perkenan dan
perhatian manusia atau yang tidak menyandarkan hidup pada perkara-perkara
duniawi, merekalah yang dimampukan oleh kuasa Tuhan yang ajaib untuk hidup
bebas dari kepalsuan dan penipuan kepada dirinya sendiri maupun di hadapan
orang.
Integritas dan ketulusan adalah sifat Tuhan. Hanya akan
dimiliki sebagai bagian karakternya oleh mereka yang mau merendahkan diri
belajar dan menjadi murid Tuhan.
Di dalam Kristus yang tanpa syarat mengasihi kita, kita pun
akan diubahkan menjadi orang-orang yang mengasihi dengan ketulusan dan
keikhlasan. Bebas dari kepura-puraan dan perkataan-perkataan dusta yang kosong.
Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah
menanggalkan manusia lama serta kelakuannya,
dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus
diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya.
~ Kolose 3:9-10
Tuhan memberkati setiap kita yang melakukan petunjuk dan
perintah-Nya!
Dalam terang Firman-Nya,
Peter B
Hamba sahaya di ladang Tuhan
0 komentar:
Posting Komentar
Mohon TIDAK menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang tidak memuliakan nama Tuhan. Terima kasih atas perhatiannya. Salam Revival!
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.