Oleh: Bpk. Peter B, MA
HIDUP MENGIKUT KRISTUS DAN DIUTUS OLEH-NYA, AKAN MENGHADAPI
PERTENTANGAN, PERLAWANAN, PERMUSUHAN, ANIAYA, PENDERITAAN DAN TEKANAN
BAHKAN DARI PIHAK ORANG-ORANG TERDEKAT KITA
Mungkin hampir semua
dari kita membayangkan bahwa mengikut Yesus itu berarti menjalani suatu
kehidupan yang penuh bahagia, nyaman dan menyenangkan. Khususnya saat
mendengar janji Tuhan disampaikan di gereja bahwa hidup kita akan
dicukupi dan diberkati secara limpah hingga mencapai suatu kesuksesan.
Dilihat dari satu sisi, memang demikian yang dijanjikan oleh Tuhan. Hanya saja, itu baru satu bagian saja dari apa yang Alkitab sampaikan mengenai ajaran Tuhan.
Dilihat dari satu sisi, memang demikian yang dijanjikan oleh Tuhan. Hanya saja, itu baru satu bagian saja dari apa yang Alkitab sampaikan mengenai ajaran Tuhan.
Jika kita menyelidiki kitab suci dalam
pimpinan Roh Kudus yang akan menuntun kita dalam seluruh kebenaran, maka
kita akan menemukan bahwa ada bagian-bagian Alkitab yang berisi
janji-janji berkat dan melimpahkan jasmani maupun rohani namun ada pula
yang memberitahu kita bahwa mengikut Tuhan harus menghadapi susah payah
dan penderitaan.
"Jawab Yesus kepada orang-orang di situ:
"BERJUANGLAH untuk masuk melalui PINTU YANG SESAK itu! Sebab Aku berkata
kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan
dapat" (Luk. 13:24)
"Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan MENDERITA ANIAYA," (2 Tim. 3;12)
"Kamu akan DIKUCILKAN, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang
yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah.
Mereka akan berbuat demikian, karena mereka tidak mengenal baik Bapa maupun Aku" (Yoh. 16:2-3)
Mereka akan berbuat demikian, karena mereka tidak mengenal baik Bapa maupun Aku" (Yoh. 16:2-3)
Mengetahui ada dua sisi yang berbeda menjadi mengikut Yesus merupakan
dasar yang penting bagi iman kita pada Kristus. Ketidaktahuan mengenai
hal ini akan menjadikan rohani kita timpang dan tidak akan berjalan
dengan semestinya. Hanya berfokus pesan-pesan yang menyenangkan jiwa
akan membuat diri kita terkena "diabetes rohani" yang berakibat
melemahkan dan memerosotkan keadaan tubuh rohani yang seharusnya siap
dan tangguh sebagai prajurit-prajurit Kristus. Sebaliknya, memusatkan
diri pada perkataan Tuhan yang keras saja akan membuat kita tidak dapat
menikmati kasih karunia Tuhan dan sukacita berjalan bersama Tuhan setiap
waktu. Hati kita menjadi keras dan agamawi sebagaimana halnya kisah
anak sulung yang cemburu dan marah karena tidak memahami sukacita
bapanya menyambut anak bungsunya yang kembali pulang.
Pada
bagian ini, kita akan melihat bahwa mengikut Yesus juga berarti masuk ke
dalam konflik dan kontroversi. Sebagai duta-duta kerajaan kita tidak
sedang diutus ke negara sahabat yang damai dan tenteram. Kita diutus ke
wilayah-wilayah musuh untuk memberitahukan pada tawanan dan sandera
bahwa mereka telah ditebus dan dilepaskan dari cengkeraman penguasa
kegelapan.
Perhatikanlah. Dimulai dari Matius 10:14 disebutkan
bahwa akan ada orang-orang yang tidak mau menerima dan tidak mau
mendengar pesan yang kita sampaikan. Kita bagai domba di tengah-tengah
serigala yang siap menyerang dan memakan kita (ayat 16). Kita
diperintahkan waspada terhadap semua orang karena akan ada yang
menyerahkan kita kepada majelis agama, menggiring kita ke muka penguasa
dan raja-raja. Bahkan saudara-saudara dan anggota-anggota keluarga kita
akan menganiaya dan menyerahkan kita untuk dibunuh. Dan lebih keras
lagi: "Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku; tetapi
orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat" (ayat 22).
Yesus akhirnya menyimpulkan: "Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang
untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai,
melainkan pedang. Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya,
anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan
musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya" (ayat 34-36).
Pertentangan, penderitaan, pengkhianatan dan aniaya merupakan bagian
dari hidup kita sebagai orang-orang yang diutus. Semuanya diijinkan
Tuhan dalam tingkatan yang berbeda-beda sesuai ukuran kasih karunia
Tuhan bagi kita (1 Kor. 10:13; 2 Kor. 12:9). Walaupun berbeda-beda
bentuk dan kondisinya, jika kita menghidupi panggilan Tuhan, perlawanan
dari sekitar kita ialah suatu keniscayaan. Mereka yang suam-suam kuku
dan remang-remang disukai dan diterima sekitarnya ketimbang yang
bersinar terang dan menyala-nyala bagi Tuhan di tengah-tengah dunia yang
dingin acuh tak acuh terhadap Tuhan. Beberapa saudara kita yang memilih
percaya pada Yesus di tengah-tengah kaum keluarganya yang membenci
kekristenan mengalami aniaya terang-terangan sampai ancaman pembunuhan.
Meski demikian, di tengah-tengah keluarga yang tampak baik-baik saja bisa
jadi sedang berlangsung penolakan dan tekanan besar atas anak Tuhan
yang bermaksud hidup secara total bagi Yesus. Ini semua terjadi saat
kita tak setengah-setengah mengikut Yesus.
Menghadapi semua itu, saat kita tetap berjalan bersama Dia, kita akan beroleh kekuatan untuk menanggungnya (Fil. 4:13). Tetapi, jika kita tidak menyiapkan hati untuk ini (dimana Yesus pun menyiapkan murid-murid-Nya untuk ini dalam Yoh. 16:1) maka satu kali kita akan tersandung dan murtad, meninggalkan iman kita pada Yesus (lihat Mat. 13:20-21). Orang percaya yang tidak memahami akan penganiayaan sebagai pengikut Kristus cenderung terkejut saat itu terjadi menimpa atasnya.
Menghadapi semua itu, saat kita tetap berjalan bersama Dia, kita akan beroleh kekuatan untuk menanggungnya (Fil. 4:13). Tetapi, jika kita tidak menyiapkan hati untuk ini (dimana Yesus pun menyiapkan murid-murid-Nya untuk ini dalam Yoh. 16:1) maka satu kali kita akan tersandung dan murtad, meninggalkan iman kita pada Yesus (lihat Mat. 13:20-21). Orang percaya yang tidak memahami akan penganiayaan sebagai pengikut Kristus cenderung terkejut saat itu terjadi menimpa atasnya.
Pada dasarnya, sudah merupakan sifat
manusia untuk menghindari penderitaan dan terus mencari kenyamanan.
Tetapi kita dipanggil untuk mengikut Yesus dan menaruh segala harapan
dan kenyamanan dalam persekutuan dengan Dia. Jika kita mengaku percaya
maka iman kita harus terbukti sebagai iman sejati. Mengikut Yesus
Kristus merupakan suatu pembuktian iman. Yaitu bahwa iman kita ialah
IMAN YANG HIDUP, bukan iman yang mati atau iman sekedar percaya pada
janji-janji yang menyenangkan jiwa semata. IMAN YANG HIDUP merisikokan
seluruh hidupnya sebagai persembahan bagi kemuliaan Tuhan. Untuk
mengikut kemana Dia pergi. Untuk bergerak ke negeri yang Dia pilih untuk
kita berangkat. Untuk melangkah kepada tujuan yang diperintahkan kepada
kita. Meskipun itu harus menerobos kawanan serigala atau dikelilingi
singa yang mengaum-aum. Untuk bertahan dalam kondisi-kondisi yang sukar
sampai kesudahannya.
Dari sini akhirnya mulai mengerti mengapa
Yesus berpesan supaya murid-murid-Nya tidak takut dengan apapun dan
siapapun. Tidak takut kepada manusia. Tidak gentar akan keadaan-keadaan
yang sukar dan menekan. Tidak gemetar pada kuasa-kuasa kegelapan yang
hanya sanggup menyerang dan membunuh jasmani kita.
Selain itu,
berkali-kali pula Yesus menegaskan kepada murid-murid-Nya bahwa
"Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak
layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau
perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku. Barangsiapa tidak
memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku. Barangsiapa
mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa
kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya" (Mat. 10:37-39,
16:24; Mrk. 8:35; Luk. 9:23).
Itu berarti bersiap hidup dalam
segala keadaan. Menanggung segala kesukaran dan penderitaan karena
komitmen dan pengabdian kita bagi Kristus. Tidak mencari kenyamanan diri
melainkan mengorbankan diri demi cinta pada Tuhan dan kehendak-Nya.
Sama seperti hidup Kristus yang merupakan utusan Bapa demi menerangi
dunia, begitu pula hidup kita dipanggil sebagai anak-anak terang melawan
kegelapan dunia.
Mereka yang tidak mau menerima takdir mereka
untuk dipanggil menderita bagi dan bersama-sama Kristus (1 Pet. 2:20-21;
5:10; Fil 1:29; Rom. 8:17) sesungguhnya sedang menjalani hidup Kristen
yang palsu. Kebahagiaan dan sukacita hidup mereka masih disandarkan
kepada ukuran-ukuran duniawi yaitu kemudahan dan kelancaran hidup serta
rezeki mereka di dunia. Bagi kekristenan yang demikian, Yesus adalah
sarana dan alat menuju berkat-berkat yang mereka inginkan, sedangkan
berkat-berkat jasmani itulah yang menjadi tuhan atau ilah mereka. Mereka
tidak memahami bahwa keindahan, kemuliaan dan kebahagiaan sejati bukan
melekat pada kehidupan yang nyaman dan sukses secara duniawi tetapi pada
kehormatan, kebanggaan dan kemuliaan mengiring sang raja kemanapun Dia pergi.
Hidup mengumpulkan bagi diri sendiri mungkin terlihat nyaman dan senang tetapi masih ada suatu cara hidup yang jauh lebih bermakna dan berharga. Itulah hidup yang kita jalani bersama-sama dengan Tuhan, mengikut kemana Dia pergi.
Hidup mengumpulkan bagi diri sendiri mungkin terlihat nyaman dan senang tetapi masih ada suatu cara hidup yang jauh lebih bermakna dan berharga. Itulah hidup yang kita jalani bersama-sama dengan Tuhan, mengikut kemana Dia pergi.
Tinggal dalam persekutuan
dengan Dia di dalam kasih-Nya yang tak pernah berhenti mengalir selagi
kita menunjukkan kasih kepada-Nya dengan menyerahkan diri pada tujuan
dan panggilan terbaik yang telah dirancang dan ditetapkan-Nya bagi kita
sebelum kita dilahirkan ke dunia. Melihat jiwa-jiwa direbut dan
dilepaskan dari cengkeraman iblis, yang sakit dan lemah disembuhkan dan
jiwa-jiwa yang ditudungi kegelapan nan pekat melihat terang sorgawi saat
kuasa dan kasih Tuhan mengalir melalui kita adalah kebahagiaan yang
tidak dapat dibandingkan dengan kesenangan atau sensasi apapun di dunia
ini. Dikasihi dan mengasihi Allah ialah makna hidup kita. Dan itu
diperkuat dan dipererat dalam melalui segala sesuatu dengan cinta
bersama-sama dengan Tuhan. Seperti dua sejoli yang berikrar bersama di
depan semua orang, cinta mereka akan diperkuat saat mereka selalu ada
untuk mendukung satu sama lain dalam suka maupun duka, sehat maupun
sakit, sukar maupun mudah, kelimpahan atau keterbatasan.
Bukan
suatu kebetulan jika Injil mencatat tentang seorang pemuda kaya yang
juga tokoh berpengaruh di masyarakat dalam gambaran yang sama:
"Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, PERGILAH IA DENGAN SEDIH, sebab banyak hartanya" (Mrk. 19:22)
"Mendengar perkataan itu ia menjadi kecewa, lalu PERGI DENGAN SEDIH, sebab banyak hartanya" (Mrk. 10:22)
"Ketika orang itu mendengar perkataan itu, IA MENJADI AMAT SEDIH, sebab ia sangat kaya" (Luk. 18:23)
Mengapa seorang yang banyak hartanya pergi dengan sedih bahkan amat sedih?
Tidakkah banyak harta seharusnya berbahagia, menurut ukuran banyak orang?
Jika banyak harta tetap membuat orang demikian sedih, apakah yang mampu membahagiakan hati manusia?
Pemuda kaya yang saleh dan berpengaruh itu kecewa dan sedih karena
dengan kehidupannya yang baik serta hartanya yang banyak itu ia tetap
tidak mendapatkan kebahagiaan sedangkan ia enggan melakukan LOMPATAN
IMAN dengan menyerahkan hidupnya sebagai murid Yesus. Ya, hanya dalam
meninggalkan segala kesayangan hati kita yang lain lalu sepenuh dan
hidup mengikut Yesus ada sukacita dan kebahagiaan sejati. Dalam
mencintai Dia di atas segala sesuatu kehidupan kita mencapai titik
tertinggi dan paling memuaskan.
Berkat terbesar kita ada dalam
persekutuan kita dengan Tuhan. Di dalam melayani Dia di ladang-Nya
dengan segala kerelaan dan sukacita. Itulah kehidupan anak-anak Tuhan
yang dewasa dan mampu melihat jika rumah Bapa memerlukan
pekerja-pekerja. Sudah waktunya bahwa hidup kecukupan dalam pemeliharaan
sempurna Bapa ialah jaminan Tuhan saat kita tidak malu menjadi
saksi-saksi Kristus dan dengan berani melangkah sebagai utusan-utusan
sorga bagi dunia ini. Dan seharusnya kita menyadari bahwa jaminan janji
berkat-berkat Tuhan diberikan sebagai pelengkap dan sarana kita
memusatkan diri pada tugas-tugas panggilan kita. Bukan demi tujuan
menikmati kehidupan seperti orang-orang dari dunia ini yang tiada
mengenal Kristus, yang mengejar kenyamanan dan pemuasan segala keinginan
pribadi.
Masihkah kita mengharap suatu kehidupan yang nyaman di dalam Kristus?
Jika demikian mungkin kita masih menjadi bayi-bayi dan anak-anak yang manja.
Setiap kita pernah mengalami dan menjalani masa-masa itu. Namun dari segi waktu dan seberapa banyak pengetahuan rohani yang Anda dapat dari mendengar khotbah atau membaca tulisan-tulisan rohani, pantaskah saat ini masih dalam posisi kanak-kanak rohani setelah bertahun-tahun lamanya menjadi pengikut Yesus?
Setiap kita pernah mengalami dan menjalani masa-masa itu. Namun dari segi waktu dan seberapa banyak pengetahuan rohani yang Anda dapat dari mendengar khotbah atau membaca tulisan-tulisan rohani, pantaskah saat ini masih dalam posisi kanak-kanak rohani setelah bertahun-tahun lamanya menjadi pengikut Yesus?
Atau mungkinkah kita belum benar-benar menyadari bahwa seperti inilah mengikut Yesus?
Apakah Anda sedang mengikut Yesus sambil mengharapkan Tuhan membuka pintu-pintu rezeki dan melancarkan hidup Anda saat ini?
Mungkinkah Tuhan akan memberikan hal semacam itu bagi Anda sedangkan
Kristus sendiri memberikan teladan sebagai Anak Manusia yang hidup bagi
kehendak Bapa dan melaksanakan misi Allah?
Kita diciptakan lalu
dipanggil untuk mengarungi samudera kehidupan bersama Yesus. Sebelum
tujuan itu tercapai, senyaman dan semenyenangkan apapun hidup kita
semuanya merupakan kenikmatan semu dan biasa-biasa saja, yang masih
serupa dengan kegembiraan dunia sekarang ini. Kebahagiaan menyeberangi
samudera hanya dapat kita rasakan saat kita siap mengucapkan selamat
tinggal dan melepaskan pandangan dari pantai yang kita tinggalkan.
Pelayaran kita menyeberang tempat yang permai abadi di seberang sana
hanya akan dimulai setelah kita melepaskan dengan rela segala ikatan dan
pandangan kita dari tepian-tepian pantai fana sekarang ini.
Dan
meskipun perjalanan kita akan menghadapi tantangan ombak, gelombang,
angin badai, terik mentari, keadaan-keadaan yang tidak menentu hingga
ancaman perompak -namun perjalanan itu layak diarungi. Sesuatu yang
hanya akan dapat dijalani dengan keberanian dari atas karena keyakinan
iman bahwa Nahkoda Agung akan menolong dan melindungi kita.
Jika
penderitaan dan penganiayaan dalam mengikut Kristus masih kita hindari
karena takut, maka kita belum benar-benar memahami tujuan panggilan
kita. Seperti sebuah ungkapan, "Sebuah kapal memang aman ditambatkan di
dermaga, tetapi bukan untuk itu suatu kapal dibuat". Oleh sebab itu,
jadikan hidup Anda berarti. Jangan puas sebagai penonton dan saksi mata
saja. Jangan berdiam diri melihat keadaan di sekeliling Anda, khususnya
kondisi gereja yang merosot dan berdampak pada situasi bangsa dan negara
kita. Jangan takut dan lemah karena kontroversi dan konflik. Mulai
hidup sebagai orang-orang yang radikal seperti Kristus yang radikal
dalam kasih dan menjalankan sepenuh kehendak Tuhan. Itulah makna hidup
kita sebagai orang-orang percaya dan murid-murid Kristus sejati.
"Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya
orang-orang yang BERHAK MENERIMA JANJI-JANJI ALLAH, yang akan
menerimanya bersama-sama dengan Kristus, YAITU JIKA KITA MENDERITA
BERSAMA-SAMA DENGAN DIA, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama
dengan Dia" ~ Roma 8:1~
Bagian 1 :CERDIK SEPERTI ULAR, TULUS SEPERTI MERPATI (KAJIAN ALKITAB - MATIUS 10)
Bagian 2 :CERDIK SEPERTI ULAR, TULUS SEPERTI MERPATI (KAJIAN ALKITAB - MATIUS 10)
Bagian 3 :CERDIK SEPERTI ULAR, TULUS SEPERTI MERPATI (KAJIAN ALKITAB - MATIUS 10)
Bagian 4 :CERDIK SEPERTI ULAR, TULUS SEPERTI MERPATI (KAJIAN ALKITAB - MATIUS 10) Bagian 4 (1) - Selesai
Bagian 5 :CERDIK SEPERTI ULAR, TULUS SEPERTI MERPATI (KAJIAN ALKITAB - MATIUS 10) Bagian 4 (2) - Selesai
Bagian 1 :CERDIK SEPERTI ULAR, TULUS SEPERTI MERPATI (KAJIAN ALKITAB - MATIUS 10)
Bagian 2 :CERDIK SEPERTI ULAR, TULUS SEPERTI MERPATI (KAJIAN ALKITAB - MATIUS 10)
Bagian 3 :CERDIK SEPERTI ULAR, TULUS SEPERTI MERPATI (KAJIAN ALKITAB - MATIUS 10)
Bagian 4 :CERDIK SEPERTI ULAR, TULUS SEPERTI MERPATI (KAJIAN ALKITAB - MATIUS 10) Bagian 4 (1) - Selesai
Bagian 5 :CERDIK SEPERTI ULAR, TULUS SEPERTI MERPATI (KAJIAN ALKITAB - MATIUS 10) Bagian 4 (2) - Selesai
0 komentar:
Posting Komentar
Mohon TIDAK menggunakan kata-kata kotor atau kasar yang tidak memuliakan nama Tuhan. Terima kasih atas perhatiannya. Salam Revival!
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.